Hari Ayah, Mengembalikan Peran Ayah Dalam Pendidikan di Rumah

Home » Hari Ayah, Mengembalikan Peran Ayah Dalam Pendidikan di Rumah

 

Tak banyak yang tahu jika tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Ayah. Tidak seperti Hari Ibu yang gaungnya terasa bahkan satu bulan sebelumnya, Hari Ayah bisa dikatakan sepi peringatan. Saya sendiri mengetahui jika 12 Nopember sebagai Hari Ayah dari Hestek yang bertebaran di twitter. Selain twitter tak menemukan lagi. Entah saya yang kurang update atau memang tak banyak orang yang mengetahui tentang Hari Ayah. Seperti di lingkaran lini masa media social saya dan persahabatan di dunia nyata.  Sebenarnya tak ada bedanya antara Hari Ayah dan Hari Ibu sehingga pemaknaannya serta perayaannya berbeda. Mungkin dari segi event hari ibu lebih dahulu diperingati dari pada hari ayah sehingga semaraknya lebih terlihat dimana-mana. Tetapi apapun itu, kedua hari tersebut adalah sebuah symbol saja. Yang terpenting dari kedua hari itu adalah pemaknaannya terhadap jasa orang tua dan bagaimana menjadi ayah dan ibu seharusnya.

 Baca juga : Ekspektasi vs realita dalam rumah tangga

Bagi saya dan keluarga, ketika mengingat hari ini adalah hari ayah adalah tentang bagaimana peran seorang ayah dalam keluarga. Peran disini ayah tak sekedar sebagai pencari nafkah saja tapi lebih dari itu. Seorang ayah merupakan pemimpin, pembimbing dan penyayang utama dalam keluarga. Selayaknya nahkoda peran ayah menjadi pemimpin kemana arah keluarga dilabuhkan. Sedangkan pembimbing dan penyayang keluarga dimaksudkan dalam hal pendidikan dan pengasuhan dalam keluarga. Namun kesemua peran ayah di jaman sekarang mulai tergerus dengan gaya hidup milenial. Seorang ayah umumnya hanya menganggap kewajiban utamanya adalah mencari nafkah. Setelah itu lepaslah tanggung jawabnya ketika dirumah. Rumah merupakan tempat istirahat dan tak mau kelelahannya di tambahi dengan pekerjaan rumah tangga dan edukasi anak. Kadang seorang ayah lebih suka menghabiskan waktu sendian dikamar atau memainkan gadget sehingga terhubung dengan kawannya di luar rumah. Atau ketika libur kerja ayah umumnya lebih senang kumpul dengan teman sehobinya mengikuti berbagai tour dan kegiatan untuk refresing sekaligus istirahat di sela kegiatan pekerjaannya.

 Baca juga : Mengatur Keuangan Di Awal Bulan

Saya pernah mengikuti seminar tentang parenting tentang peran ayah. Dalam alquran banyak kisah tentang pendidikan anak. Kisah- kisah tersebut tentang bagaimana seorang ayah memberi edukasi pada anak-anaknya. Dari mulai nabi Ibrahim, Ishak, Musa dan Imron dan juga Lukman. Dari kisah tersebut tersirat ayahlah yang mengambil porsi tinggi dalam pendidikan anak dan memiliki peranan dalam pendidikan di dalam keluarga. Tak seperti ibu yang penuh kesabaran dan lemah lembut, peran ayah dalam pendidikan di rumah tentu berbeda dengan seorang ibu. Wanita yang mempunyai dengan karakternya tentu dalam hal pengasuhan sangat dibutuhkan dan tak bisa tergantikan peranannya. Disisi lain ayah yang mempunyai jiwa fighting dan ketahanan juga perlu diperlukan agar membentuk jiwa anak yang tangguh dimasa depan. Peran ayah terhadap pendidikan keluarga bahkan bisa dimulai jauh sebelum seorang anak ada. Memilih pasangan atau calon dari ibu anaknya yang sesuai bibit, bebet dan bobotnya. Karena bagaimanapun kecerdasan serta karakter anak dipengaruhi oleh kedua orang tuanya. Kemudian sang ibu hamil, peranan ayah pun bertambah lagi. Dan semakin besar seiring dengan perkembangan sang anak. 1.    Pada usia 3 bulan ketika anak mengenali suara, suara ayahnya menjadi salah satu suara yang harus dikenalinya. 2.    Mengajaknya bermain disertai penanaman karakter. Bahkan Rasulullah sendiri mencontohkan bagaimana Beliau bermain dengan anak-anak. Beliau sering bercanda bermain kuda-kudaan dan menggendong kedua cucu beliau Hasan dan Husein di punggungnya. Beliau juga mencium cucu-cucunya sebagai bentuk kasih sayang 3.    Penanaman pendidikan agama dalam keluarga. Pendidikan agama terutama pembiasaan melaksanakan sholat dan pergi ke masjid bisa menjadi tugas seorang ayah untuk mengajak anak-anaknya, terutama bagi anak laki-laki. 4.    Mendampingi masa puber anak. Masa puber bisa disebut masa krusial bagi anak. Di sisi lain mereka ingin mencoba banyak hal baru tapi di sisi lain mereka juga belum memikirkan betul dampak terhadap perilakunya. Tak jarang pada masa puber banyak anak mengalami krisis percaya diri. Peranan ayah sebagai teman curhat terutama bagi anak yang beranjak menuju remaja laki- laki sangat penting. Karena bisa juga dalam hal tertentu ibu tak memahami dunia lai-laki yang sedang mulai anak masuki. Mengembalikan peran ayah dalam keluarga sekilas sangatlah sederhana. Namun sebenarnya sesuatu yang kompleks. Apalagi bagi seorang ayah yang belum memiliki pemahaman pentingnya peranan ayah dalam keluarga yang tak hanya sebagai pencari nafkah. Namun begitu, taka da yang tak mungkin apalagi jika semua pihak dalam eluarga ikut ambil bagian dalam pendidikan keluarga. Apalagi di moment istimewa Hari Ayah ini yuk kita merefleksi lagi peranan masing keluarga, termasuk peranan ayah dalam pendidikan di rumah.

14 pemikiran pada “Hari Ayah, Mengembalikan Peran Ayah Dalam Pendidikan di Rumah”

  1. saya sengidir ga ngeh tgl 12 kemari hari ayah. setuju banget ayah berperan dlm pendidikan anak. tp ayah sekarang ada yg berfikir tugas mereka cari nafkah tok, pendidikan anak semuanya diserahkan ke istri. giliran ankanya begini dan begitu yg disalahkan istri 🙁

    Balas
  2. Tulisan yang menginspirasi. Kebetulan tahun ini adalah tahun pertama saya menjadi Ayah, semoga bisa menjadi pendidik anak sesuai tuntunan agama.

    Balas
  3. Aku pun gak ngeh kalau di bulan ini ada hari ayah. Dan memang benar, anak akan melihat perbedaan cara mendidik antara ibu dan ayah. Makanya kehadiran sosok keduanya sangat penting di rumah, agar pertumbuhan dan perkembangan anak jadi seimbang.

    Balas
  4. Saya juga baru tahu kalau ada hari ayah dan terkait tulisan diatas Saya baca buku "Pendidikan anak dalam islam DR Abdullah Nashih 'Ulwan" dan kalau saya tidak salah tangkap berikut ini adalah urutan tugas seorang bapak.

    1. Mengenalkan Kalimat Tauhid
    – Bukan sekedar mengenalkan lailaha illa allah tapi memberikan pemahaman tentang makna kalimat itu.
    Misalnya membuat permainan.
    Tunjukin gambar kursi, kemudian bertanya. Siapa yang buat? jawaban Tukang Kayu
    Tunjukin gambar lampu, kemudian bertanya. Siapa yang buat? jawab Thomas Alfa Eddison
    Tunjukin gambar matahari, kemudian bertanya. Siapa yang buat? jawab Allah yang buat.

    dan banyak lagi sejenis.
    2. Mengajarkan Halal dan Haram
    – Babi = haram
    – berbohong – dosa dll
    3. Memerintahkan untuk beribadah saat berumur 7 tahun dan memukulnya apabila sudah berumur 10 tahun.
    – ini hanya bisa dilakukan oleh bapak. Bapak bisa mengajak anaknya sholat 5 waktu di masjid.
    4. Mendidiknya untuk cinta kepada Nabi dan keluarganya.
    – dalam buku sirah saya beli buku dari Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfur yang ada CD interaktifnya.
    CD interaktif tsb isinya mp3 kalau malas membaca cukup dengarkan saja mp3nya itu.
    5. Mendidik untuk cinta terhadap Quran.
    – Bapak harus sering-sering baca quran kalau ingin anaknya suka baca quran.

    Konsep diatas butuh perjuangan untuk menerapkannya.
    semoga informasi ini bermanfaat dan juga sebagai pengingat bagi saya sendiri.

    Balas
  5. Kalau menurut aku, agak susah ya, mengembalikan peran ayah terhadap anak-anak. Apalagi kalau untuk kelompok usia sepertiku. Mungkin kalau kelompok mbak Anis, mb widut tu masih bisa ya.
    Bener-bener butuh usaha, untuk urusan yang satu ini deh

    Balas

Tinggalkan komentar