5 Hal Yang Harus Diperhatiakan Dalam Mengajarkan Toilet Training Pada Balita

Home » 5 Hal Yang Harus Diperhatiakan Dalam Mengajarkan Toilet Training Pada Balita

Toilet training pada balita

Toilet training bagi masyakat di desa saya yaitu di sebuah desa kecil di Kediri sudah tidak asing lagi. Bahkan banyak orang tua dulu telah mengajarkan toilet training pada anaknya sedari kecil. Toilet training yang lebih dikenal dengan Tatur yaitu mengajarkan anak merasakan/ memahami tubuhnya ketika buang hajat. Jadi biasanya sang ibu, akan memberikan tanda atau aba-aba (sounding) bahwa si balita akan mengeluarkan hajatnya. 

baca juga : penyebab takut pada anak yang perlu orang tua ketahui

Dijaman serba mudah sekarang, orang tua dimudahkankan dengan adanya diaper. Namun kemudahan itu tidak jarang malah melenakan. Sehingga meski ada yang sudah mendekati usia lima tahun misalnya, belum lulus toilet training. Sekarang yang jadi pertanyaan kapan balita belajar toilet training dan lepas dari diaper ? Yuk baca ulasan saya lebih jauh.. 

Indikator Balita Lulus Toilet Training 

Seorang balita dikatakan lulus toilet training jika mampu mengindentifikasi dirinya ketika akan melakukan aktifitas buang hajat. Jadi ketika balita lulus toilet training tidak akan lagi ngompol atau buang air bukan di toilet. 

Kapan Balita Mulai Toilet Training? 

Kapan yang tepat untuk toilet training itu relative setiap balita. Artinya balita yang satu dengan yang lainnya berbeda. Ada yang sedari lahir sudah di tatur sehingga tidak terbiasa menggunakan diaper dan hanya bisa buang air di toilet. Namun sebaliknya ada yang baru usia tertentu baru memahami toilet training. Seorang psikolog ketika saya mengikuti Talkshow Parenting mengatakan, untuk usia dikatakan siap toilet training balita laki- laki dan perempuan berbeda. Untuk laki- laki dikatakan siap untuk toilet training ketika berusia 2,5 tahun. Sedangkan, balita perempuan usia 2 tahun sudah bisa lepas diaper karena dalam segi emosi perempuan lebih cepat matang dari pada laki- laki. 

Baca juga : Anak bermain kotor-kotoran? Yey or Ney

Okey bunda, jika dari sekarang bunda ingin memulai toilet training maka apa saya yang harus diperhatikan? Berikut setidaknya ada 5 hal yang bisa bunda perhatikan ya.. 

1. Sounding. Jadi sebelum memulai toilet training, maka sebagai ibu kudu “ banyak bicara” tentang kegiatan yang berkaitan dengan toilet. Misalnya saja mengatakan “ adik sudah besar, jadi diapernya tidak dipakai. Jadi BAB/ BAK di kamar mandi ya”. Yang namanya sounding tidak sehari dua hari, jadi lakukan terus menerus sampai berhasil. Di sounding inilah kesabaran menjadi kuncinya. 

2. Memberi pemahaman tentang BAB/ BAK. Memberi pemahaman kepada balita tentu harus dengan bahasa balita juga ya. Jadi penjelasannya sederhana saja. Misalnya saja menunjukkan kalau popoknya basah karena BAK maka harus di dibersihkan dikamar mandi dan ganti popok yang bersih. 

3. Mengingatkan anak waktu- waktu tertentu untuk buang air misalnya sebelum dan bangun tidur, sehingga di waktu- waktu tersebut anak akan terbiasa untuk buang hajat di kamar mandi. 

4. Orang tua mengingatkan anak untuk buang air misalnya dengan mengambil jarak setiap beberapa jam sekali. Dengan mengingatkan seperti itu, anak akan terbiasa ke kamar mandi sehingga tidak sampai ngompol. 

5. Bertahap. Namanya balita tidak bisa langsung lulus toilet training. Maka untuk toilet training harus dilakukan bertahap. Misalkan saja, untuk tahap awal orang tua akan melepas diaper si balita pada siang hari. Tujuannya si balita mulai bisa membedakan kondisi tubuhnya ketika akan buang air. Jika pada waktu siang sudah lulus toilet training, maka akan berlanjut malam hari. 

Terus gimana jika mengalami gagal toilet training? 

Saya sendiri mulai melatih Wan untuk toilet training sejak usia satu tahun. Jadi dari setahun sengaja untuk siang hari tidak memakaikan diaper, kecuali jika bepergian atau ada acara. Sedangkan untuk malam hari, Wan sudah tidak ngompol ketika usia 2 tahun. Namun, justru ketika BAB hingga usia 3 tahun belum juga lulus toilet training. Namun Alhamdulillah, di usia Wan 3,5 tahun akhirnya bisa mengungkapkan dirinya jika ingin buang air. 

Baca juga : Ketika anak bertengkar dengan teman

Jika bunda mengalami hal seperti saya yang merasa “gagal toilet training” , bagaimana solusinya? 

Yang pertama bunda lakukan adalah sabar. Iya sabar untuk terus mengenalkan konsep tentang toilet training. Selanjutnya yaitu jangan lupa untuk terus sounding saat balita akan tidur. Dan terakhir, tentunya tidak menyamakan dengan balita lainnya. Karena setiap anak unik dan punya kelebihan masing- masing. Setujukan bunda?

2 thoughts on “5 Hal Yang Harus Diperhatiakan Dalam Mengajarkan Toilet Training Pada Balita”

  1. Toilet training ini butuh kesabaran buat orangtuanya ya, jangan langsung grasak grusuk. Sabar dan perlahan, agar si anak bisa nyaman dengan sendirinya

    Reply
  2. Terima kasih mbak Anis untuk tulisannya. Sebagai lajang, ini info yang baru buat aku. Jadi saat punya anak nanti sudah punya satu ilmu parenting deh terutama tentang toilet training.

    Reply

Leave a Comment