3 Penyebab Perempuan Tak Bahagia

Home » 3 Penyebab Perempuan Tak Bahagia

Beberapa minggu lalu saya membaca berita tentang seorang ibu yang membunuh anak kandungnya. Kasus seperti ini bukan pertama terjadi, bahkan berulang kali. Sebuah anomali terhadap sosok ibu yang layaknya rela berkorban demi anaknya seperti ketika melahirkan. Yang jadi sorotan saya bukan kenapa membunuhnya tapi penyebab yang bisa menyebabkan sampai terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh ibunya. Kebanyakan kasus disebabkan seorang wanita merasa tak bahagia dengan hidupnya, depresi dan menjadikan anak sebagai pelampiasannya.  Dalam tulisan Mbak Nurindi trigger postingan website Kumpulan Emak Blogger menunjukkan sebuah data yang menarik. Mbak Nurin yang bekerja sebagai ASN di Badan Pusat Statistik mengutip hasil survey tentang tingkat kebahagian antara laki- laki dan perempuan. Hasilnya perempuan memiliki tingkat bahagia lebih rendah dari pada laki-laki. Sebagai perempuan plus ibu rumah tangga memiliki resiko stress lebih tinggi. Aktifitas yang monoton, jarang keluar rumah, minimnya interaksi dengan orang lain menjadi penyebabnya. Berbeda dengan perempuan selain mengurus rumah tangga juga berkarier di luar rumah. Mereka setidaknya punya “tempat pelarian” sementara waktu dari masalah yang dihadapi di rumah. Namun begitu ada kondisi tertentu berkarier di luar rumah bukan pil yang menyembuhkan. Justru kadang malah membuatnya stress dan menyebabkan tidak bahagia. Setidaknya menurut saya ada tiga menyebabkan seorang perempuan tidak bahagia : 1.    Menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain. Yang namanya perempuan suka sekali membawa perasaan. Tak terkecuali ketika berinteraksi dengan orang lain. Seperti lagu “ Karena wanita ingin dimengerti” seolah kebahagiaannya tergantung dari orang lain. Ketika mendapat perhatian maka hidupnya akan bahagia. Tapi ketika tak didapatkannya maka kebahagiaannya akan menjadi berkurang. Padahal sebenarnya kebahagian tergantung dari dirinya sendiri. Bagaimanapun perlakuan orang lain terhadap diri perempuan tersebut, kalau dia memutuskan tetap bahagia maka tak akan ada pengaruhnya. 2.    Perempuan suka mengetahui urusan orang lain. Bisa dibilang membicarakan dan mengetahui sesuatu tentang orang lain adalah berkah melimpah bagi wanita. Lihatnya kebanyakan wanita kumpul dengan tetangga membicarakan tetangga lainnya. Penggemar infotainment pun kebanyakan wanita. Yang lagi tren, akun si lambe-lembe itu dg follower sampai M trus yang komen sampai ribuan juga wanita. Ketika melihat suatu berita perceraian yang disebabkan pelakor misalnya, wanita akan ikut misuh-misuh. Atas dasar solidaritas sesama wanita menyebabkan ikut meramaikan jagat maya dengan aneka pendapat sebagai bentuk dukungan atau penentangan. Tentu emosi wanita yang berlebihan tersebut dan kabar negative yang dikonsumsinya mempengaruhi tingkat kebahagian seorang wanita. 3.    Kurang mensyukuri yang dimiliki. Bersyukur adalah cara terampuh untuk bisa bahagia. Apapun keadaannya maka akan bahagia jika melihatt yang lebih bawah dari yang dimiliki. Tapi kadang kebanyakan wanita (termasuk saya) suka sekali melihat “rumput tetangga lebih hijau”. Seseorang memiliki sesuatu langsung ingin. Ada teman yang berhasil menjadi iri. Padahal sejatinya hidup itu sawang sinawang. Bersyukur atas apa yang dimiliki akan menghadirkan kebahagaian. Kalau ada yang mengatakan untuk bahagia adalah pilihan maka saya setuju dengan pernyataan itu. Beban yang setiap harinya harus dihadapi sudah terlalu berat. Jangan ditambah lagi dengan merasa tak bahagia dengan hidup ini, terlebih bagi perempuan. Karena ketika perempuan bahagia dia akan mampu membuat orang lain yang berada disekitarnya menjadi bahagia. Selamat berbahagia para perempuan..

2 pemikiran pada “3 Penyebab Perempuan Tak Bahagia”

  1. iya nih, mbak. saya kadang mikir kalau misalnya jadi ibu rumah tangga full bakal bisa tetap bahagia nggak ya. dulu sih sempat pengen jadi ibu rumah tangga. tapi setelah tahu gimana ribetnya kok ya pengennya tetap kerja aja. he

    Balas
  2. Poin yang pertama sering wanita sudah tau penyebabnya tapi tetap tanpa sadar masih menggantungkan harapan tinggi-tinggi pada orang lain. Ketika jatuh makin terasa.

    Balas

Tinggalkan komentar