Persepsi dan Ekspektasi Terhadap ODOP

Home » Persepsi dan Ekspektasi Terhadap ODOP

 

ODOP – Ada sebuah kisah di buku Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung tentang nelayan di Jepang. Di kisahkan karena ikan yang dekat dengan pantai makin lama makin sedikit jumlahnya dan berpengaruh terhadap jumlah tangkapan, maka nelayan memutuskan berlayar jauh ke tengah laut. Dan benar ikan pun banyak di dapat. Namun jarak yang jauh menyebabkan ikan yang ditangkap mati dalam perjalanan. Bukan keuntungan yang didapatkan malah kerugian karena tak bisa menghadirkan ikan segar kepada konsumen. Maka nelayan pun mencoba beberapa cara dari mulai membawa lemari beku ke tengah lautan dan juga membawa tabung besar berisi air sehingga ikan tetap hidup.

Namun meskipun ikan masih kondisi tapi keadaanya yang tidak segar membuat konsumen tetap tidak menyukainya. Muncullah ide dari nelayan untuk memasukkan ikan hiu kecil di tempat penampungan ikan. Tujuannya ikan yang ditangkap nelayan terus bergerak karena takut dengan ikan hiu. Gerakan ikan secara terus menerus itulah yang menyebabkan ikan tetap hidup dan segar hingga sampai daratan.

Baca Juga : Lima Keuntungan Yang Diperoleh Dari Blog

Belajar dari cerita diatas erat kaitannya dengan sedang yang saya alami. Saya bukanlah seorang nelayan maka bukanlah ikan hiu sesungguhnya yang dibutuhkan sehingga tetap mendapatkan ikan segar. Sebagai penulis pemula, keinginan bisa menulis secara kontinu dan survive membuat perlu bagi saya mengikuti sebuah program yang menjadi “ikan hiu” kepenulisan. Ikan hiu tersebut akan membuat saya tetap bergerak karena dikejar deadline menulis. Dan ODOP bisa menjadi ikan hiu yang akan mengejar saya untuk rutin menulis setiap harinya.

Mengapa Memilih ODOP ?

Nabi Muhammad SAW dalam sebuah habis pernah bersabda yang intinya siapa yang berkawan dengan tukang minyak wangi meskipun tidak membeli akan ikut wangi baunya. Dan siapa yang berteman dengan pandai besi akan terpecik api atau terkena asapnya. Hadist diatas bukan berarti menganaktirikan sebuah profesi. Namun hanya sebuah kiasan yang menggambar betapa besar pengaruh lingkungan serta kawan terhadap siri seseorang. Begitu pula ketika menginginkan untuk menjadi penulis dan istiqomah maka perlu lingkungan kondusif yang mendudukannya. Dan ODOP bisa menjadi alternatif pilihan dengan bukti telah sampai pada bacth empat dan memiliki misi yang jelas untuk menjadi komunitas penulis terbesar di Indonesia.

 Baca juga : Karena Blogger Bukan Asal Curhat

Pembentukan pribadi penulis yang tangguh tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu sebuah latihan, kerja keras serta komitmen yang tinggi. Membenarkan prinsip Albert Einstain bahwa bakat hanya 1% dan 99 % adalah kerja keras yang mementukan kesuksesan seseorang. Namun sebagai muslim saya tak menampikkan ada invisible hand yaitu melalui sebuah doa disamping bakat dan usaha. Sebentuk usaha serta kerja keras bisa diwujudkan dengan pembiasaan menulis setiap hari dan menjadi sebuah post jadi yang bisa dibagi dengan prinsip One Day One Post. Karena bagaimanapun One first make habbit and the last habbit make you. Begitu pula dalam menulis yang awalnya harus pembiasaan dan selanjudnya selayaknya candu yang tak terpisahkan dari kehidupan.

Sebuah Ekspektasi Kepada ODOP

“…Dan nasehat menasehatilah supaya menaati kebenaran dan nasehat- menasehatilah dalam melakukan kesabaran” (Al-Ashr :3).

Ketika saya mengisi form pendaftaran untuk bergabung di komunitas ODOP itu artinya saya secara sadar menerima terhadap konsekuensi, tanggung jawab serta benefit yang akan saya dapatkan. Ayat diatas menjadi motivasi saya untuk bergabung dalam komunitas ODOP. Dengan memiliki komunitas yang satu visi tentu akan lebih mudah dalam mencapai goal yang diharapkan. Dan tentu disaat berada di titik nadhir kejenuhan ada komunitas yang bisa dijadikan tempat nasehat menasehati antar sesama anggota agar bisa kembali ke rel utama yaitu bisa memberikan kemanfaatan melalui tulisan.

3 pemikiran pada “Persepsi dan Ekspektasi Terhadap ODOP”

Tinggalkan komentar