Antara Lebaran dan 3 Kisah

Home » Antara Lebaran dan 3 Kisah

Ada euphoria tersendiri ketika mendengar kata lebaran bahkan jauh sebelum mengetahui maknanya. Aku teringat betul bagaimana menyambut lebaran ketika masih kecil. Bagi kami ritual membeli baju baru hanya pada lebaran saja sehingga menjadi momen yang dinanti. Selanjutnya kami akan bergantian memperlihatkan baju baru kepada teman- teman. Selanjutnya akan membuat oncor (api) keliling kampung sambil mengucapkan takbir. Ada kebersamaan dan kerinduan untuk menanti lebaran selanjutnya.

Sangat berbeda dengan sekarang setelah pergantian peran dan usia. Status dewasa yang tersandang mau tak mau merubah makna lebaran itu sendiri. Lebaran atau hari raya idul fitri adalah momen menyambung tali silaturahim dengan dan kembali ke suci melalui saling memaafkan sehingga kembali ke titik nol kehidupan selayaknya bayi baru lahir. Ada 3 kisah lebaran 1348 H kali ini yang saya lalui dan membawa makna tersendiri

Kisah 1 : Mencari Pemaaf dan Memaafkan

Tak akan ada yang berharap jika ikatan darah keluarga harus terputus karena sebuah selisih. Suatu saat memang harta dibutuhkan namun kadang malah menceraikan dan meninggalkan luka. Kadang bukan karena kerakusan tapi sebuah kesalah-pahaman yang telah memisahkan. Dan jika dua pihak saling menjauh, memegang ego untuk tetap pada pendiriannya maka hanya akan ada benci. Disitulah bukan meminta maaf adalah salah dan kalah, tapi membuka pintu kemaafan dan kebaikan.

Pulang dari Sholat Pak Suami semangat sekali mengajak kami untuk segera silaturrahim. Tidak seperti tahu sebelumnya setelah keliling ke tetangga terdekat, kami langsung ke keluarga dekat yang jaraknya agak jauh dari rumah. Untuk kali ini kami menundanya, bukan mengesampingkan namun ada hal yang lebih penting. Lebaran kepada orang yang “membenci” kami.

 “Sambunglah tali silaturahim pada orang yang memutus, memaafkan orang yang salah kepadamu dan minta maaf pada orang yang berbuat salah”. 3 poin yang ingin kami lakukan pada lebaran kali ini. 

Melangkahkan kaki kepada mereka yang membenci kita bagai dibebani puluhan ton bata, berat sekali. Ada bayangan ketakutan ditolak atau bahkan dimaki. Namun momen lebaran yang setahun kali bisa jadi alasan yang kuat untuk memanfaatkannya untuk melakukan kebaikan. Dengan kekuatan doa  bersalaman dengan yang selama ni jadi “musuh” ketakutan kita adalah kebahagiaan luar biasa.

 Bukan perkara mudah jika silaturrahim pada orang yang “membenci” kadang sekedar persilahkan pun sangat mahal. Dengan keteguhan dan Bismillah selayak kami merangkai benang kusut dan pada akhirnya kelegaan yang di dapatkan. Urusan hasil, serahkan padaNya yang Maha Membolak- balikkan hati manusia.

Kisah 2. Doa Sang Kyai

Dua tahun lebaran terakhir ada agenda baru yaitu sowan ke Rumah kyai. Sang kyai yang merupakan guru suami dulu di pondok. Saya sangat terharu setiap kali sowan dan dengan takzim mencium tangan Wan dan mendoakan menjaddi anak yang sholeh dan professor nantinya. Ya kamiorang tua pun mengaminkannya dan ini merupakan bukti mencari ridho guru sehingga apa yang kita dapatkan selama dalam pencarian ilmu bersama beliau dulu bisa memberi keberkahan dan kemanfaatan.

Kisah 3: Titipan Usia

Pernah mengalami pada lebaran tak menemukan lagi orang yang kita kenal?. Bukan karena tak berjumpa. Bukan pula karena tak pulang mudik tapi sebuah kematian dan usia yang telah diambil olehnya. Kematian tetangga  saya dekat rumah ketika saya mudik mengingatkan bahwa umur hanya titipan. Entah hari ini, besok atau lusa akan diambil olehnya. Benar yang mengatakan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan dan dibumi ini kita hanya mampir sebentar untuk kemudian melanjudkan ke kehidupan selanjudnya. Yang jadi catatan adalah sudahkan mempersiapkan kehidupan selanjudnya terutama bekal ibadah dan kebaikan. Saya seperti terlempar pada amalan yang selama ini saya lakukan. Sholat yang masih menunda-nunda, iri dengki yang masih menguasai hati, kikir dalam memberi ke yang fakir dan masih banyak sifat lainnya yang kemudian saya tangisi. Ya Rabb saya bersyukur masih di beri usia sampai berrtemu lebaran kali ini tapi tak ada jaminan juga jika lebaran mendatang akan masih di dunia. Tekad ku adalah bisa memperbaiki berbagai amalan dan mengingat mati sebagai control diri.

Jika diijinkan rasanya aku ingin bertemu lebaran sampai seribu kali. Di lebaranlah dosaku akan di cuci, di lebaran ada kebahagian karena saling memaafkan dan di lebaran juga pula banyak ku temukan kisah dan hikmak kehidupan

5 pemikiran pada “Antara Lebaran dan 3 Kisah”

  1. Lebaran dulu jaman kecil ama yg skr memang beda yaaa.. Wkt kecil juga aku slalu nanti2kan lebaran krn dpt baju bru, dibeliin kembang api, dan dpt thr dr papa mama. Tp skr, lebaran jd lbh dr itu 🙂 .. Cm thn ini yg paling sepi sbnrnya buatku dan suami.. Krn kita g bisa mudik jg, dan keluarga di jkt pada pergi semuanya. Kalo thn lalu masih adalah yg tinggal di jkt 🙂 ..

    Balas

Tinggalkan komentar