Berdamai Dengan Kenyataan Dalam Pernikahan

Home » Berdamai Dengan Kenyataan Dalam Pernikahan

Setiap orang pasti mempunyai harapan- harapan tertentu terhadap sesuatu dalam perjalanan hidupnya. Baik itu dalam pendidikan, pekerjaan atau terlebih dalam hubungan pernikahan ada ekspektsi terhadap kehidupan barunya, terutama terhadap sang pasangan.

Bicara pernikahan, biasanya seseorang mempunyai standar tersendiri terhadap pasangannya. Seperti teman saya yang menginginkan pasangan hidupnya seorang pegawai BUMN sehingga akan mapan hidupnya. Atau yang lainnya, yang berharap sang suami kelak adalah lulusan ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) dan tak mempersalahkan latar belakang lainnya. Atau yang masuk diakal, berharap mempunyai pasangan yang sholeh, sayang keluarga, jujur dan bertanggung jawab. Sah saja menginginkan pasangan seperti karena itu juga merupakan sebuah doa dan memiliki alasannya dan  harapan tersendiri terhadap kriteria tadi. Mungkin bagi yang lain, harapan tadi tak penting  manusia bahkan tak berdasarkan logika waras. Tapi sekali lagi mereka punya alasan tersendiri yang patut kita hargai.

Bagi yang pacaran dahulu sebelum menikah, tentunya ada harapan berdua yang akan dibangun dalam pernikahan nantinya. Atau yang menikah dengan proses ta’aruf dalam proses pun tentu juga menyamakan visi dan misi pernikahannya. Dan tentunya sebuah harapan indah akan jadi nyata jika menikah dengan pasangan yang dipilihnya.

Terus apakah apa yang  diharapkan menjadi kenyataan. Tak selamanya iya, karena bagaimanapun bicara jodoh adalah bicara tentang ketentuanNya. Kita ingat betul bagaimana Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Termasuk juga tentang jodoh itu sendiri. Kadang ada harapan yang kita inginkan ke pasangan terpenuhi, maka yang lain malah merupakan kekurangannya. Bagaimanapun pasangan kita bukanlah malaikat dengan segala kesempurnaan, namun manusia dengan kelebihan dan kekurangan serta cinta yang besar.

Terus bagaimana jika apa yang ada diangan- angan tak sesuai dengan kenyataan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk dapat berdamai dengan kenyataan dalam pernikahan.

  • Melihat kelebihan pasangan bukan pada kekurangannya. Awal menikah bisa dibilang akan terkaget- kaget dengan sesungguhnya pasangan kita. Tak ada lagi kepalsuan, apalagi topeng kebaikan yang menutupi. Jika sudah begitu, akan banyak kekurangan dan kelebihan yang akan kita tahu. Maka berfokus kepada kebaikn pasangan adalah cara agar tidak mengalami kekecewaan.
  • Bersyukur terhadap pasangan kita. Seindah- indahnya manusia adalah yang bersyukur atas nikmatNya. Dan diberi pasangan hidup yang halal adalah salah satu nikmat surga dunia yang Allah berikan. Dengan bersyukur tentu Allah SWT akan menambah lagi nikmat itu dan menjadikan keberkahan dalam berumah tangga.
  • Memaafkan pasangan. Jika dalam perjalanannya sebelum menikah ada janji- janji manis yang dalam kenyataannya tidak ditepati, maka memaafkan pasangan adalah jalan terbaik menuju kebahagiaan rumah tangga. Jangan sampai karena sebuah janji yang telah lalu akan menjaga kerikil penghalang kita untuk bisa mencintai pasangan dan berbakti kepadanya. Dan dalam perjalanan pernikahan ada hal yang tak bisa dilakukan pasangan terhadap keinginan kita, bisa jadi disitulah Allah menguji rumah tangga yang dibangun bersama
  • Ladang untuk beribadah. Menikah bukan saja ikatan hubungan antara dua manusia tetapi lebih dari itu. Menikah adalah menyatukan dua kelurga besar sehingga mempunyai ikatan kekeluargaan. Menikah juga sebuah janji yang disaksikan penghuni langit dan bumi, sehingga seharusnya menjalankannya sebaik- baiknya. Bahkan perbuatan yang dilakukan untuk keluarganya baik peran suami mencari nafkah, dan peran istri mengurus rumah tangga dinilai sebagai ibadah. Maka seandainya banyak yang tertemui setelah mengucap ijab qobul tak sesuai kenyataan, bisa jadi itu dalah ladang ibadah kita dalam keluarga yang nilainya akan berbalas surga.

Kalau kembali lagi bicara jodoh, maka memang  sungguh unik. Kadang tak menyangka jika pendamping hidup kita sekarang adalah yang akan menjadi jodoh kita. Termasuk juga kenyataan yang tertemui dalam pernikahan. Maka selayaknya bersikap dewasa dan mampu untuk berdamai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Karena bagaimanapun yang namanya biduk rumah tangga tak akan dapat dipisahkan dengan gelombang pasang surut permasalahan. Jika disikapi dengan benar justru permasalahan itu selayaknya bumbu yang akan membuat pernikahan semakin nikmat dan lezat.

12 pemikiran pada “Berdamai Dengan Kenyataan Dalam Pernikahan”

  1. Memang yg paling inti dari pernikahan adalah niat dan tujuan dari masing masing pasangan ya mbak. Kalaupun ada riak beriak kembalinya adalah pada niat dan tujuan kita.
    Makasih atas sharingnya mbak Anis

    Balas
  2. Duh Mba.. Iya kadang terlalu sibuk membandingkan dengan rumah tangga orang lain (Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie gitu :D), malah jadi ngga bersyukur dengan apa yang ada di depan mata ya Mba.. Hehe..

    Balas
  3. Sungguh inspiratif sekali bunda, jodoh adalah rahasia Tuhan tidak tahu kapan bisa mendapatkannya. Doakan saya za bund.. Supaya lekas ketemu jodoh saya

    Balas
  4. Jodoh memang unik. Aku gak menyangka bakal berjodoh dengan tetangga. Meski tetangga tapi aku gak kenal, jadi butuh waktu buat adaptasi. Antara keinginan dan kenyataan kadang berseberangan. Tapi kami berusaha untuk saling memaklumi biar nggak jadi beban.

    Balas

Tinggalkan komentar


labindo.co.id