Tentang Tantrum Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

Home » Tentang Tantrum Penyebabnya dan Cara Mengatasinya

Pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri anak kita menangis sambil teriak- teriak, guling- guling bahkan ada yang sampai membenturkan kepalanya sendiri di dinding?, atau bahkan ada yang berusaha menyerang orang yang berada di sekitar ketika anak sedang “mengamuk”?. Tentu ketka dihadapkan dalam situasi seperti itu, sebagai orang dewasa atau terlebih orang tua ingin menghentikan tangisannya. Namun bukannya berhenti malah tangisan makin menjadi. Sebenarnya normal atau tidak tindakan anak “mengamuk” yang sering disebut dengan tantrum tersebut, dan apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya.

Beberapa hari lalu saya sedang ke sebuah supermarket. Di area mainan anak- anak, saya bertemu seorang ibu dengan putranya yang berusia sekitar tiga tahun yang menangis sambil berguling di lantai. Menurut omelan si ibu kepada anak tersebut, karena si anak menginginkan mainan yang sudah di milikinya, sehingga si ibu tidak memperbolehkannya. Atau sekitar dua tahun lalu, ketika saya masih mengajar mengajar di taman bermain, salah satu murid saya jika keinginannya tidak terpenuhi akan menyalurkan kemarahannya pada apapun yang di temuinya. Jika penyebabnya sang teman, maka akan membalas teman tersebut sampai kena. Namun jika hal lain, bisa dengan merusak barang yang ada di sekitarnya. Bahkan kami sebagai gurunya, sering kena cakarnya ketika berusaha menghentikan kemarahannya.

Tentang kasus pertama, jika orang tua mengalaminya tentu beragam emosi yang dirasakannya. Bisa marah karena tangisan anak, atau malu terhadap tatapan pengujung lain yang ingin tahu. Kemudian muncullah sikap takut jika bepergian lagi dengan sang anak, karena anak tantrum  bisa terjadi di mana saja. Sedangkan di kasus ke dua bisa juga membahayakan diri sang anak dan juga orang lain disekitarnya.

Terus jika kita atau orang terdekat kita mengalaminya, normalkah anak mengamuk atau dalam istilah psikologi di sebut Tantrum itu?. Menurut buku yang saya baca, parenting yang saya ikuti dan pengalaman saya selama ini, tantrum wajar terjadi pada anak- anak. Biasanya usia 2 sampai 4 tahun sehingga rentang usia ini sering disebut The Terrible Twos (dua tahun yang mengerikan). Tantrum sendiri merupakan semacam luapan emosi karena apa yang diinginkan tak di penuhi atau ingin menyampaikan apa yang dialami sang anak tetapi belum sanggup mengungkapkan. Namun tentu, yang patut diwaspadai yaitu ketika sedang tantrum anak melakukan kekerasan bagi dirinya ataupun orang lain.

Terus jika kejadian tantrum anak kita, murid atau saudara alami bagaimana?. Ada beberapa tisp yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak tantrum.

  • Mengendalikan diri. Ketika menghadapi anak tantrum sebisa mungkin orang tua sebelum menangani sang anak, terlebih dahulu harus mengendalikan dirinya. Ketika emosi telah turun atau dalam kondisi coolingdown baru bisa dilakukan. Hal ini sangat perlu dilakukan karena orang tua yang ikut emosi dan stress bisa saja melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik kepada anak. Caranya Bisa dengan bernafas dalam – dalam atau meninggalkan sang anak sementara waktu dengan catatan sang anak dalam kondisi aman. Ketika sudah fresh kembali, orang tua bisa kembali mendekati anak untuk menenangkannya.
  • Memeluk Anak. Pelukan lembut bagi anak dapat menjadi obat mujarab dalam menghilangkan emosinya. Anak merasa diperhatikan dan disayang. Bisa juga dengan mengelus- mengelus dada sang anak . Jika emosi anak telah turun bisa sambil menjelaskan pada anak jika anak telah memungkin untuk diajak diskusi.
  • Mengalihkan perhatiannya. Anak- anak bisa dengan mudah teralihkan perhatiannya, sehingga orang tua bisa mengalihkan perhatiannya dari apa yang membuatnya tantrum dengan apa yang disukai lainnya.
  • Berpikir positif. Kita tak akan tahu dimana anak mengalami tantrum, bisa di rumah atau tempat umum. Jika ditempat umum, tak perlu malu dengan perilaku anak kita. Tetap berpikir positif dalam menangani anak sehingga tetap tenang dan tak ikut emosi dengan anak.
  • Jauhkan anak dari benda tajam. Ketika mengalami tantrum, anak tak bisa diduga apa yang dilakukannya. Terutama dengan lingkungan sekitarnya. Menjauhkan dari barang- barang berbahaya serta membawanya ke tempat aman agar tak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan baik pada diri sang anak ataupun orang lainnya.

Perilaku tantrum pada anak bukan terjadi dengan tiba- tiba. Namun karena ada beberapa factor pemicunya. Bisa dari internal sang anak, lingkungan atau pola asuh yang diberikan orang tua. Ada beberapa factor pencegahan yang memungkinkan tantrum tidak terjadi pada anak.

  • Konsisten dengan konsekuensi.Dalam mendidik anak sebauh keluarga mempunyai aturan baku yang bisa dilakukan dan tidak dilakukan oleh sang anak. Misalnya saja aturan ketika sang anak menginginkan permen. Jangan sampai suatu saat anak boleh makan permen pada yang lainnya tidak. Dengan kata lain saat anak menangis diberikan. Perilaku seperti menangis akan dijadikan senjata anak dalam meminta sesuatu, dan muncul sugesti pada anak bahwa dengan menangis maka akan dapat permen. Keesokan harinya, jika tak dibelikan akan menangis dan menangis lebih keras lagi. Sehingga apabila sekali tak boleh makan permen, maka kapan pun tidak. Atau dengan memberi kelonggaran dengan membatasi jumlah permen yang dimakan.
  • Memberikan aturan main. Ketika sebelum keluar dengan anak untuk berbelanja atau pergi ke acara, menjelaskan aturan main pada anak. Misalkan saja, ketika berbelanja si anak nanti akan minta apa, Jika di tempat ia punya pilihan lain maka akan diingatkan dengan aturan mainnya. Yaitu boleh memilih barang itu kalau pergi belanja lagi. Jika anak menolak dan menangis, maka harus ingat poin pertama yaitu kita harus konsisten dengan konsekuensi. Memang pertama akan susah, namun anak kemudian mengerti dan memahami.

Untuk poin pertama dan kedua ini tentu hanya bisa dilakukan ketika anak telah paham berkomunikasi. Yang terpenting agar anak tidak mudah mengamuk atau tantrum yaitu memastikan anak tidak dalam kondisi terlalu lapar, capek dan haus.Selamat mencoba

21 pemikiran pada “Tentang Tantrum Penyebabnya dan Cara Mengatasinya”

  1. Kalau ada orang jual mainan, anakku selalu tantrum. Aku alihkan perhatiannya dengan yang lain, atau kongkalikong sama penjualnya buat bilang kalau gak dijual. :v

    Balas
  2. Saya baru tau istilah ini, tp nyatanya sering liat para keponakan yg nangis kalau ga dipenuhi keinginannya. Saya perhatikan kakak saya punya role sebagai orang tua dominan, selalu memainkan hukuman ke anaknya. Dicubit gitu, atau dibiarkan.

    Setelah ini kayaknya saya makin paham cara hadapi anak di kemudian hari

    Balas
  3. Alhamdulillah sampe sekarang Faraz masih blm pernah tantrum sampe nangis guling2 gitu klo lagi di luar rumah, klo di rumah paling nangis ngamuk2 aja tp ntar jg diam sendiri klo udh dibujuk tp gak mau diam 😀

    Anyway makasih utk tipsnya Mbak 🙂

    Balas

Tinggalkan komentar


labindo.co.id