Sekilas dia lelaki biasa. Dengan postur tinggi, langsing (tak mau mengambil istilah kurus) dan uban yang mulai menghiasi seluruh rambutnya, aku mengenangnya. Sambil berjalan agak terseok karena seringnya jatuh, dan sapaanya yang lembut semakin membuat hati ini rindu sosok lelaki itu. Pria yang mengabdikan hidupnya dengan ibadah menafkahi keluarga, walaupun penyakit begitu banyak menggerogotinya. Dengan penuh kesabaran memberikan kata-kata motivasi untuk buah hati-buah hatinya. Cerita yang selalu mengalir sebagai upaya agar kami dapat mengambil pelajaran darinya . Banyak pengalaman yang Bapak berikan pada nanda. Bapak adalah guru terbaik yang ada dalam kehidupan nanda. Mengajari nanda menjadi ahli dalam urusan benah-membenahi, sehingga mendapat gelar ” wanita teknisi”. Mengajari untuk kreatif di segala kondisi. Secuil pengalaman bersama Bapak dahulu, sekarang berguna bagiku. Ketika harus menyambung kabel, sementara kos kita hanya perempun nanda tampil sebagai pahlawan. Ketika motor mati harus mengganti busi, tak nanda butuhkan lelaki untuk mengganti. Hanya sederhana ilmu yang Bapak berikan namun sangat berharga bagi nanda sekarang. Bapak, aku merindukan kebersamaan kita. Meskipun aku tak lagi anak kecil dengan segala kemanjaannya, ingin rasanya bisa berbagi suka dan duka dengan Bapak tercinta. Apalagi sebentar lagi gelar sarjana, yang ingin Bapak sematkan di belakang nama ananda akan terlaksana. Namun ternyata, Takdir lain bercerita. Rasanya baru kemarin, ananda mendapatkan berita kepergian Bapak. Dan tak pernah ananda sangka, ucapan pamit nanda merantau, adalah ucapan sekaligus pertemuan terakhir dengan Bapak. Dan setelah itu ananda tak pernah melihat lagi. Walaupun hanya jenazah Bapak tercinta. Karena ketika nanda datang Bapak telah di kebumikan. Hanya kamar kosong, yang selama empat setengah tahun menemani Bapak dalam kelumpuhan menyambut nanda dengan kepiluan.. Kala itu nanda tak terima dengan semuanya. Mengapa Bapak pergi secepat ini, dan ketika nanda pergi hanya sebentar untuk mencoba meraih mimpi?. “Inilah cinta Allah pada mu Nis, sengaja mengambil bapak mu ketika engkau pergi, sehingga sedih yang engkau rasa tak terlalu dalam”, nasihat tetangga berikan untuk menghibur ananda. Aku mencoba berbaik sangka. Merelakan Bapak dan merindukannya. Senyum itu tak tergantikan. Jujur, sekarang aku begitu merindukannya. Sekarang, hanya doa yang nanda panjatkan untuk Bapak tersayang. Semoga Bapak mendapatkan tempat mulia di sisiNya..Amiinn..
Artikel Terbaru
Aamiin.