Membaca dan mempelajari Al-qur’an bagi umat islam adalah suatu kewajiban. Sehingga agar belajar lebih mengena maka sedari belia, pengenalan terhadap huruf hijaiyah mulai dilakukan. Namun, ketika hal itu tak bisa dilaksanakan, tak ada salahnya bahkan luar biasa bagi saya, ketika menemukan orang dewasa tak enggan untuk mulai belajar Alquran, dengan segala kesulitan yang dimiliki dan menghilangkan gengsi demi untuk bisa mengaji.
Panggil saja Nurdin. Dengan ciri fisik seperti polisi dan gaya bicaranya bak MC bisa di duga b
anyak wanita bisa terbujuk rayuannya. Bukan hal itu yang membuat dia istimewa bagi saya, sehingga menyediakan ruang blog saya untuk mengisahkannya. Mengenalnya dari kisah suami dan beberapa kali bertemu ketika Nurdin datang untuk belajar mengaji.
Berawal dari panggilan suami di kantor dengan “Haji atau Ustadz”, maka nurdin pun mengutarakan keinginannya untuk belajar mengaji pada suami. Merupakan “Pucuk di cinta, ulam tiba” bagi suami karena bisa mengamalkan ilmunya selama nyantri di Tebu Ireng Jombang, yang jujur saja mulai terlupakan dengan kesibukan kerja sebagai karyawan.
Pada awalnya, sedikit lucu ketika mendengar Nurdin dan suami belajar mulai dari A-Ba-Ta, dst. Namun Saya salut dengan semangat Nurdin yang dengan lantang tanpa malu mengucapkan satu persatu huruf hijaiyah. Sampai- sampai anak tetangga usia TK datang ke rumah, karena penasaran apa yang dipelajari nurdin sama yang dia pelajari. Tak berhenti di situ, nenek samping rumahpun juga menanyakan pada suami apa Nurdin seorang mualaf, sehingga ketika dewasa baru belajar mengaji. Kemudian suami pun menjelaskan hal yang sebenarnya.
Benar bahwasanya, ketika orang tua “bodoh” tak ingin anaknya mengikutinyajejaknya bagaimanapun usahanya. Begitu juga Bapak Nurdin, yang menyadari kesalahannya tak bisa membaca Alquran maka memasukkan Nurdin ke pondok pesantren, namun itu tak lama tiga hari kemudian nurdin malah kabur. Dan, ketika Nurdin telah bekerja dan jauh dengan keluarga dia baru merasakan betapa berartinya seorang bapak. Maka sejak itu, ia bertekat ingin belajar mengaji untuk membuktikan bahwa dia anak yang berbakti.
Memang dalam menunaikan kebaikan, ada saja godaannya. Begitu juga Nurdin. Kadang beberapa hari tak mengaji bahkan kadang sampai satu minggu. Namun, ada kalanya semangat itu dengan empat limanya menggebu- gebu. Sekarang, semangat itu timbul lagi. Katanya Nurdin ingin segera bisa lancar membaca Alquran dan akan menjadi guru ngaji bagi bapaknya. Sehingga Bapaknya bisa mengaji. Semoga keinginannya segera tercapai.
Selama hayat msh dikandung badan, tak ada kt terlambat utk belajar.
betul skali, smangatnya utk bisa berbakti pada bapaknya patut kita contoh.
semoga keinginannya segera tercapai. Amin 🙂
Salut sama semangat belajar ngajinya Nurdin mbak 🙂
amiin
iya mbk ely, begitu juga saya 🙂
Saya udah bisa baca Al Quran dulu mbak tapi kurang lancar, tapi gak pernah baca lagi… Tampaknya saya harus meniru semangat pak Nurdin ini
berlomba lomba dalam kbaikan yuk mas.