Alhamdulillah, kita telah menempuh Ramadhan setengah perjalanan. Jika dirasakan, seolah baru kemarin mengawali puasa dan yang jadi kekawatiran adalah jika tanpa sadar Ramadhan pergi begitu saja. Tanpa membawa arti dalam perubahan diri. Akan rugi sekali, jika berkah kemuliaan itu tidak kita dapatkan. Obral bonus dari Allah SWT yang begitu besar pada bulan ini hilang tanpa kita mendapatkan.
Sejak awal Ramadhan, bangsa Indonesia mengalami suhu politik yang menaik. Pilpres yang bertepatan dengan Ramadhan di harapkan mampu melahirkan pemimpin yang bisa membawa perubahan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Namun, agaknya kita terlena. Apalagi yang mempunyai calon yang berbeda lebih pada adanya adu argumentasi yang tak ada ujungnya. Lebih mengenaskan lagi jika kita menilik sosmed kita. Hujatan terhadap calon yang tak sesaui dengan pilihan kita kawatirnya malah akan mengotori kehikmatan puasa kita. Lebih indah jika kita tunggu tanggal 22 juli nanti tentang keputusan siapa presiden kita. Sedari isi hari kita dengan perbuatan yang bernilai ibadah yang bisa memperoleh pahala ramadhan lebih banyak.
Begitu juga jika saya menilik ke layar televisi. Berbagai tayangan yang khas Ramadhan bak jamur di musim hujan. Katanya sih agar nuansa Ramadhan terasa di mana-mana. Namun, tayangan tersebut jangan-jangan malah melenakan kita untuk lebih dekat denganNya. Apalagi sebuah sinetron yang membawa nuansa islami hampi bertebaran di semua stasiun tv. Namun yang perlu di garis bawahi di sini, sinetron yang tayang dengan durasi dua jam sangatlah menyita waktu bagi penggemarnya. Yang jadi prioritas, jika di gunakan untuk tilawah telah berapa lembar Alquran dan berapa banyak pahala yang kita dapatkan.
Saya sangat berbahagia sedih jika setelah setengah perjalanan Ramadhan bisa menempati sudut masjid/ mushola ketika sholat terawih dengan leluasa. Itu artinya, jama’ah yang pada awalnya memenuhi, bahkan membajir sampai ke pelataran masjid, sekarang hanya bertahan beberapa shaf saja. Itupun tidak betul- betul penuh shaf tersebut. Dan, bisa ditebak, arus jamaah tadi telah beralih memenuhi mall- mall yang “bermurah hati” buka lebih lama dan memberi diskon gedhe- gedhean sebagai bekal menyambut hari raya. Padahal, setelah sepuluh hari pertama Ramadhan penuh rahmat, dan sekarang sepuluh bulan ramadhan kedua penuh pengampunan, dan selanjudnya dijauhkan api neraka sangat disayangkan jika pada setiap tingkatan yang lebih tinggi dalam keberkahan Ramadhan semakin mengerucut orang yang bisa bertahan. Ironis memang,
Sebelum Saat Aku di Tinggalkantiba, saat-saat indah dengan bulan penuh rahmat dan ampunan ini mari betul- betul kita manfaatkan dengan baik sebagai media menjala sebanyak- banyaknya pahala Ramadhan. Sehingga ketika hari yang fitri datang, bukan sekedar kefitrian akan kerudung, baju, sandal yang kita gunakan, namun juga fitri akan lahir dan batin di Hari Kemenangan.
Selamat Menjala Pahala di Bulan Penuh Berkah, Bulan Ramadhan 🙂
mungkin orang2 sedang berjamaah di rumah masing2 karena sanak kerabat sudah pada mudik karena liburan hehe ^^
Bener banget mbak, tempa saya kalo 10 hari pertama pasti jamaah tarawihnya banyak, tetapi makin ke tengah ramadhan makin sepi… tar 5 hari terakhir Ramadhan baru penuh lagi, hehehehe 😀
Baca komentarmu jadi inget hal sama di kampung halaman sana
bisa juga seperti itu kalau yang terjadi di kampung2, tapi kalau di kota bisa juga sudah mudik
ternyata hampir semua daerah sama ya ritmenya..
kalau di kota sini yang kebanyakan perantauan, pada akhir ramadhan semakin sedikit yang ikut terwaih karena suda pada mudik
Assalaamu'alaikum wr.wb, Anis Khoiriyah….
Mudahan Ramadhan tahun ini mampu mengubah diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Inilah cobaan yang harus kita hadapi dalam episod kehidupan yang banyak disuguhi dengan cinta dunia sehingga bekalan akhirat kurang menempati hati. Mudahan kita tidak termasuk di kalangan orang yang rugi.
Salam kenal dan terima kasih sudah bertandang ke LMGS G2, Sarikei, Sarawak. 🙂
SITI FATIMAH AHMAD
Umum banget, dimana-mana sepertinya mingu-minggu terakhir jamaah tarawih menyusut drastis. Mudah2an kita tidak termasuk yang menyusutkannya 🙂
wa'alaikumslm.wr.wb
terima kasih juga kunjungannya 🙂
Amiin.
menjadi orang yg istiqomah dan tak mudah ikut arus penyusutan memang sulit, tapi kalau kita mampu pasti bisa.
@Mbak ely wah ternyata sama ya mbak?? hehehe
@Mbak Anis Iya mbak, ternyata banyak yang sama… kalo tempatku akhir Ramadhan ramai, soalnya yang pada merantau dah datang 😀
apakah itu salah satu budaya di Indonesia ya?