Hari minggu merupakan waktu yang pas untuk membangun quality time dengan keluarga. Kali ini kami ingin menikmati udara pagi di kota dengan datang ke CFD (Car Free Day). Kali ini yang jadi perhatian saya bukan orang yang sedang berolah raga, penjual aneka makanan atau orang yang sekedar duduk ingin menikmati suasana. Mata saya tertuju pada kumpulan remaja yang tertidur pulas dipinggir jalan ditengah keramaian. Dengan pakaian khas hitam, celana kumal dan rambut yang yang beraneka warna mereka seolah tak peduli dengan dunia. Kemudian saya berpikir, apa yang mereka lakukan tadi malam sehingga tak bangun oleh keramaian. Serta apakah orangtuanya tak mengkawatirkan keberadaan mereka?. Sebagai orang yang pernah muda, saya bisa memahami dinamika masa pubertas yang dialami oleh remaja- remaja diatas. Apa yang mereka lakukan sejatinya adalah sebagai bentuk pencarian jati diri. Di usia peralihan dari masa kanak- kanak menuju dewasa mereka mecari tujuan hidup mereka. Namun disisi lain, belum mempertimbangkan lebih jauh tentang akibat apa yang dilakukannya. Jika tak memiliki pondasi karakter yang kuat maka krisis kepercayaan diri tak jarang dialami. Dan itulah salah satu faktor mudahnya remaja fase pubertas terjerumus tindakan negatif yang bisa merugikan dirinya. Untuk itulah peran orang tua di jaman milenial bukan saja sebagai pemberi penghidupan yang layak bagi anaknya serta mendidiknya, tapi harus mampu menjadi sahabat mereka. Apalagi di masa fase remaja atau pubertas, anak tak membutuhkan sosok orang tua diktator yang harus dituruti segala kemauannya. Menghukum anak yang tak sesuai aturannya atau bahkan berpikir negative terhadap perilaku anaknya. Yang anak butuhkan adalah orang tua yang bisa mendengarkan segala keluhan, mengarahkan dan merangkul anak ke dalam lingkungan keluarga yang damai dan bahagia. Semua itu bisa dilakukan jika adanya bonding yang kuat antara orang tua dan anak. Betul yang disabdakan Nabi Muhammad dalam mendidik anak. Di tahap pubertas atau remaja, anak tak membutuhkan sosok orang tua dengan segala perintahnya, tapi yang dibutuhkan adalah sahabat yang mengerti dirinya. Menjadi sahabat anak tak serta merta bisa dibangun begitu saja. Bagi saya yang masih seumuran jagung dipanggil ibu, menjadi orang tua sekaligus sahabat anak adalah yang mau belajar dan tak menutup mata terhadap realita. Ada banyak perubahan yang terjadi termasuk dalam masa remaja. Permasalahan remaja jaman now lebih komplek dari yang orangtua alami dulu. Tentu untuk memahami masa remaja sekarang tak mungkin dengan menjadi remaja kembali. Tapi mengamati apa yang mereka alami, membaca apa yang terjadi atau melihat film tentang remaja saat ini setidaknya membuat mata pikiran lebih terbuka terhadap realitas remaja sekarang. Salah satu film yang menggambarkan masa remaja adalah My Generation. Film My Generation yang Insyallah rilis 9 November ini merupakan film produksi IFI Sinema dengan Upi sebagai sutradaranya. Sebagai rumah produksi IFI Sinema telah memproduksi banyak film box office Nasional. Pun sebagai sutradara Upi sudah tidak diragukan kemampuannya. Upi telah menghasilkan beberapa film box office di Indonesia seperti 30 Hari Mencari Cinta, Radit dan Jani dan masih banyak lagi. Khusus untuk film My generation ini Upi melakukan riset social media listening selama 2 tahun dan memakan waktu pembuatan selama satu tahun. Tak mengherankan jika film My Generation ini menyiratkan generasi remaja milenial dalam kesehariannya dengan karakter mereka yang unik. Film My Generation sendiri menceritakan tentang perjalanan 4 yang mempunyai karakteristik berbeda . Berawal dari viralnya video yang mereka buat sehingga mendapat hukuman dari orang tua yaitu tidak diberi ijin liburan sekolah. Awalnya mereka kecewa dengan keputusan orang tuanya. Tapi kemudian mereka membuat liburan sendiri ala mereka yang justru memberi pengalaman berarti bagi hidup mereka. Film My Generation ini juga menyoroti hubungan antara orangtua dan anak dalam berbagai sisi. Dari mulai orang tua yang selalu berpikiran negative terhadap anaknya, orangtua yang over protektif sampai yang tak menginginkan kehadiran anaknya. Dengan berbagai dilema serta permasalahannya film ini bisa juga sebagai instropeksi bagi anak dan orangtua. Sehingga bisa dikatakan jika My Generation layak ditonton bersama keluarga. Sehingga masing- masing pihak baik orangtua maupun anak dapat belajar peran mereka dalam keluarga, saling menghargai dan lebih menumbuhkan kasih sayang diantara sesama. Jangan lupa ya 9 Nopember kita tonton bersama- sama..
Artikel Terbaru
Pengen nonton filmnya deh. ๐
Penasaran sama filmnya. Kayanya bagus. ๐
Aku suka film kalau banyak pesan moralnya gini. ๐ Insyaallah bulan depan nonton sekeluarga.
Betul seklai, Mbak Anis.
Para remaja masa penuh ingin tau. Mereka ingin mencoba ini itu.
Hanya memang bagusnya, sebelum mencoba memikirkan sebab akibatnya juga. Dan hal ini perlu didaoat dari orang tua.
Yupz, sangat setuju. Film ini layak banget ditonton bersama keluarga, agar anak dan orang tua saling mengerti dan memahami apa yang ingin dimau dan apa yang tidak boleh. Sehingga tidak ada kesalahpahaman lagi antara orang tua dan anak
Terlepas dari baju, film ini layak ditonton. Biar melek bin memahami dinamika anak sekarang
Film bagus dan layak ditonton terutama orang tua, banyak pelajarannya.