Menjadi blogger tak lepas dari menulis. Bagaimanapun nyawa sebuah blog adalah dari tulisan yang disajikan. Untuk memperbanyak secara kuantitas ataupun kualitas tulisan bisa dilatih dengan mengikuti ODOP (One Day One Post). Sesuai namanya maka diharuskan untuk tiap hari menyetorkan satu post tulisan agar tak gugur dalam program ODOP ini. Sudah menjadi rahasia umum, moment ODOP pasti akan ramai di awal program. Namun semakin hari semakin sedikit yang berhasi setor tulisan harian dan jatuhlah satu persatu anggota ODOP. Seperti sekarang ini saya mengikuti program ODOP yang didirikan oleh Bang Syaiha. Dari pembicaraan yang beredar diawal program setidaknya ada ratusan yang daftar. Dengan berjalannya waktu bagai seleksi alam, di minggu ke enam ODOP ini peserta yang masih bertahan dalam kisaran tujuh puluhan ODOPer. Dari pengamatan yang saya lakukan, setidaknya ada beberapa faktor sehingga menyebabkan seseorang gagal dalam program ODOP.
- Komitmen yang kuat. Program ODOP meskipun kelihatan ringan hanya menulis setiap hari saja tanpa dibatasi tema maupun jumlah kata yang harus ditulis, namun bagi yang tak terbiasa akan ngos-ngosan untuk mencari idenya. Meskipun apapun bisa jadi bahan untuk dituliskan namun tanpa komitmen yang kuat untuk bisa mengikti program ODOP sampai selesai maka di tengah jalan akan tumbang karena seleksi alam.
- Membagi Waktu. Bagi saya yang masih perlu “mengeja” untuk menuliskan ide, menulis satu artikel dengan jumlah 500 kata setidaknya memerlukan waktu satu jam. Belum lagi mengeditnya, mencari foto yang tepat untuk postingan dan menambahkan beberapa teknik dalam dalam posting di blog. Sehingga jika ditotalkan waktu untuk satu postingan di blog setidaknya saya memerlukan satu setengah jam. Diantara keriwehan urusan domestik rumah tangga serta mengasuh dan mendidik anak, waktu satu setengah jam bukanlah waktu yang sedikit. Maka manajemen waktu untuk bisa tetap aktif ngODOP sangat perlu. Awalnya saya seperti ngos-ngosan untuk bisa setor postingan secara harian. Dengan berjalannya waktu kemudian postingan harian seolah menjadi kebiasaan. Benar pepatah “Pertama, kebiasan kita buat selanjudnya kebiasaan yang mengatur kita”.
- Banyak Membaca. Untuk bisa terus ngODOP tentu dibutuhkan ide serta banyak kosa kata yang selanjutnya dituangkan menjadi tulisan. Ide biasanya didapat jika seseorang banyak membaca. Untuk itulah selain terus menulis, menyisihkan waktu untuk membaca juga diperlukan agar berhasil dalam program ODOP yang diikuti. Selain itu bacaan yang kita baca akan membuat apa yang kita tulisakan menjadi berbobot secara bahasa maupun data.
Setidaknya dengan poin diatas bisa menjadi cermin terhadap tingkat keberhasilan ODOP yang diikuti. Setiap orang punya cara sendiri dalam menentukan keberhasilan dalam menulis. Namun yang pasti dan banyak yang saya temui, mereka yang berhasil dalam ODOP bukan dengan kemudahan melaluinya tapi kerja serta kemauan yang keras untuk bisa menjadi alumni ODOPer.
Saya msh blm bisa membagi waktu antara aktivitas online dan offline. Bener bgt mbak, butuh komit yg kuat.
aku termasuk yang gagal dalam ODOP, perlu komitmen yang tinggi ya
Bagaimana ya mbak caranya biar bisa menulis cepat dan bagus seperti mbak?
Pernah dua kali ikut ODOP 30 hari, bisa sih, nggak ada yg bolong2, tapi ya itu jadi rada2 rempong hahaha.