Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Untuk itulah, orang tua memiliki peran penting menemani anak dalam menapaki setiap jalan kehidupannya. Kebanyakan anak belum tahu konsekuensi dari pilihannya. Karena peran besar orang tua untuk membimbing, mengarahkan serta mendampingi sangat diperlukan hingga anak meraih cita- cita sesuai keinginannya.
Kedekatan orang tua dengan sang anak sejak kecil membuat mereka paham karakter anak mulai dari minat, bakat, kompetensi hingga sikap anak. Memang anak boleh memilih cita- cita sesuai dengan minat dan bakatnya, namun usia anak 6-15 tahun masih labil dan belum teguh pendirian. Anak cenderung terpengaruh lingkungan sehingga peran orang tua untuk mengarahkan sangat besar termasuk tidak boleh melepas begitu saja keputusan anak.
Sebagai orang ibu dengan 2 anak laki- laki saya merasakan benar, tidak mudah mendampingi anak- anak untuk meraih cita- citanya sesuai keinginan mereka. Apalagi kondisinya yang masih labil sering berganti ciita- cita yang tidak terduga.
Seperti anak pertama saya misalnya, pada awalnya ia tertarik dengan sepak bola. Bahkan tiada hari tanpa bermain sepak bola, melihat permainannya hingga menghapal nama pemain sepak bola dari seluruh dunia. Saat itu, saya tidak kaget dengan sikapnya. Saya hanya menyarakan boleh bermain sepakbola untuk olahraga namun belajar dan hobi lainnya tidak salahnya untuk dicoba.
Memang, dalam mendidik anak saya tidak mengekangnya berpedoman pada ilmu parenting. Apa yang ia suka boleh dilakukan sejauh tidak mengganggu pendidikan termasuk tugas wajib harian yaitu membaca.
Baru- baru ini aku menemukan minat baru anakku yaitu memasak. Pada awalnya karena saya sedang sibuk, maka memintanya sendiri menggoreng telur dan memasak mie instan. Keberhasilannya membuat telur goreng menjadikan dia suka memasak. Ia pun mulai mencoba mengeksplore masakan lain yang sederhana dan tentu saja membuat dapurku berantakan. Dia mengatakan ingin menjadi koki profesional
Laki- laki Memasak? Siapa Takut
Di sebagian masyarakat terutama daerah saya yang notabene masih menganggap kaum laki- laki adalah superior. Tugas laki- laki hanya mencari nafkah sedangkan memasak, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya adalah tugas perempuan. Sikap stereotype tersebut membuat laki- laki menjauhi pekerjaan bahkan cita- cita yang berkaitan dengan profesi tadi, termasuk menjadi koki.
Sebagai orang tua yang berpikiran terbuka, saya tidak ingin anak terbatas cita- citanya. Saya berpikiran memasak bukanlah pekerjaan perempuan, bahkan koki sukses kebanyakan adalah laki- laki. Saya tidak tahu anak saya akan menjadi apa nanti, yang terpenting sekarang mendukung cita- citanya yang sedang diinginkan yaitu jadi koki profesional
Cara Orang Tua Mendukung Anak Meraih Cita- cita
Temani anak berjuang
Disaat tertentu anak akan merasakan kesulitan dengan apa yang dipilihnya. Misalkan saja, gagal dalam membuat resep tertentu. Pada saat anak mengeluh akan menyerah, maka peran orang tua harus bisa memotivasinya jika anak akan mampu dan mengingatkan pada keberhasilan yang telah lalu. Dari siitu anak akan merasa kesulitan yang sedang dialami pasti bisa dilaluinya.
Memberikan fasilitas semampunya
Saat melakukan aktivitas memasak di rumah, orang tua bisa menyediakan peralatan hingga bahan makanan yang bisa dicoba anak mempraktekkan. Bisa juga dengan menyarankan resep mudah diawal untuk dicobanya. Dengan begitu anak akan berhasil membuatnya dan meningkatkan percaya dirinya.
Memberi contoh
Orang tua merupakan sosok terdekat di sisi anak saat dirumah. Segala perilakunya akan dilihat, diamati serta dicontoh oleh anak. Itu sebabnya dalam menghadapi segala permasalahan, orang tua harus bersikap optimis. Hal tersebut akan dicontoh oleh anaknya. Ia jadi tidak mudah menyerah saat menemukan kesulitan dalam mewujudkan cita- citanya.
Percaya pada anak
Sering kali orang tua akan membantu saat melihat anak menemukan kesulitan. Padahal jangan langsung membantunya menyelesaikannya. Tapi lihat dahulu bagaimana anak berusaha menghadapi masalahnya. Berikan dukungan kalau ia mampu dan kesempatan tanpa bantuan orang tua. Jika ia berhasil akan membuat merasa bangga dan melahirkan sikap optimis di kemudian hari.
Jadikan aktivitas rutin anak
Semakin sering berlatih maka semakin ahli dalam bidangnya. Begitupun untuk mengasah keahlian serta hobi anak, bisa melakukan dengan menjadikan aktivitas yang rutin dilakukan setiap minggunya seperti saat hari libur. Apabila tidak memungkinkan bisa mengganti kegiatan yang masih berhubungan dengan aktivitas koki, misalnya bermain game tentang hal yang berkaitan dengan dapur.
Bermain Game Memasak Untuk Stimulasi Anak Jadi Koki Profesional
Hampir semua anak menyukai bermain game di gawai, termasuk juga anak saya. Sesekali memang saya mengijinkan ia untuk bermain game di perangkat komputer. Tentu saja dengan batas waktu tertentu dan juga pengawasan.
Sejak ia mengungkapkan keinginan menjad koki profesional, saya pun mengarahkan saat bermain gamepun yang berhubungan tentang kuliner. Dan beruntungnya saat browsing tentang game kuliner yang cocok untuk anak saya menemukan website Culinary Schools
Bermain game di Culinary Schools itu sangat menyenangkan. Selain tersedia ratusan macam game, bermain game di sini tanpa terganggu dengan iklan. Jadi bisa konsentrasi saat bermain. Asyiknya lagi tampilan website sangat ringan yang membuat main game tidak sampai membuat perangkat komputer nge-lag
Game Favorit di Culinarry School
Beberapa game yang jadi favorit anakku saat di Culinary School antara lain:
The Boiled Egg
Salah satu keahlian anakku di dapur yaitu menggoreng telur. Makanya saat menemukan permainan merebus telur di Culinary School ia langsung mencobanya. Apalagi game ini tergolong mudah tapi diperlukan konsentrasi tinggi agar tidak kalah.
Jadi cara main game The Boiled Egg yaitu merebus dalam 6 panci berbeda. Di panci pertama besar api harus terjaga pada warna hijau. Setelah matang di panci pertama maka panci kedua dan seterusnya akan terbuka. Intinya permainan ini harus menjaga telur jangan sampai terlalu matang saat merebusnya.
Farm Story
Bagi yang suka bermain Candy Crush akan mudah memainkan Farm Story ini. Caranya cukup menyusun sayuran yang sama minimal tiga buah secara berturut- turut agar bisa meledak dan menghasilkan poin. Agar sayuran tersusun sama perlu menukar salah satu sayuran dengan sayur lainnya bisa disebelah kanan, kiri, atas maupun bawah. Untuk melakukannya hanya ada waktu 2 menit saja. Jadi diperlukan konsentrasi dan kecepatan agar menang dan naik ke level berikutnya.
Farm Animal Memory
Permainan mencocokkan kartu tentu sudah tidak asing lagi. Namun di game Farm Animal Memory ini tidak hanya melatih ketelitian, daya ingat serta konsentrasi anak saat mencocokkan kartu tapi juga belajar pengucapan mana hewan dalam bahasa Inggris. Ada 4 kategori permainan yang bisa dipilih sesuai dengan kemampuan anak yaitu learning, easy, normal dan hard. Untuk level learning merupakan pengenalan nama hewan pada permainan Farm Animal Memory ini. Untuk level permainan sendiri ada easy, normal dan hard
Kesimpulan
Peran orang tua dalam mendukung anak- anaknya meraih cita- cita sangat besar. Selain paling mengetahui bakat, minat bahkan karakter anak, orang tua juga bisa menfasilitasi hingga menstimulasi kemampuan anak termasuk dengan cara menyenangkan seperti bermain game yang berkaitan dengan cita- citanya.