Bagi yang ingin tahu wisata Gunung Bromo terbaru, mulai dari tiket masuk, sewa jeep serta ketentuan pengunjung. Selengkapnya disini ya
Dari Mimpi ke Gunung Bromo Akhirnya Menjadi Kenyataan
Salah satu tempat wisata yang jadi impian aku adalah bisa pergi ke Gunung Bromo. Sudah lama saya berencana ke sana. Bahkan jauh sebelum bekeluarga.
Saat itu, saya ingin pergi wisata kesana bersama teman. Sebelum keinginan tersebut terwujud, takdir berkata lain. Saya lebih dulu dipertemukan dengan suami dan pindah ke kota lain. Sementara si teman kemudian pergi dengan lainnya.
Keinginan ke Bromo Akhirnya Terwujud
Nyatanya Tuhan tidak membiarkan keinginan hanya sekedar kenangan. Tapi Dia mengabulkan saya ke Gunung Bromo Tengger justru ketika keinginan ke sana sudah tidak ada. Apalagi kondisi pandemi seperti sekarang dimana banyak teman wisata ditutup demi keamanan.
Ditambah adanya Wan yang masih balita, tentu banyak pertimbangan membawanya ke gunung. Kondisi fisik, persiapan akomodasi dan berbagai protokol kesehatan yang harus dipatuhi jadi pertimbangan matang- matan
Persiapan Menuju Gunung Bromo
Setelah mengadakan raker, suami dan teman- temannya mencari info wisata bromo kapan dibuka. Setelah bertanya dan browsing masa pandemi wisata tersebut tetap buka dengan aturan yang ketat. Maka keputusan rapat family gathering tetap ke sana.
Suami pun mengamini rencana tersebut dengan memesan 2 kursi bis untuk kami berdua. Sedangkan untuk Wan tentu saja cukup berbagi kursi dengan kami. Itu artinya kami akan menikmati pesono Bromo.
Ke Gunung Bromo ketika pandemi
Namun keraguan justru datang menjelang hari-H. Bagaimana tidak, di beberapa daerah kasus si virus semakin meningkat. Belum lagi aturan yang tidak memperbolehkan membawa anak dibawah 10 tahun kesana.
Tidak mungkin juga kami berdua berangkat. Sementara Wan harus ditinggal di rumah dengan mbahnya. Sehingga saya pun memutuskan untuk undur diri. Dan suami mencari pengganti orang untuk menempati kursi yang sudah saya pesan.
Entah keberuntungan atau memang suami tidak ingin pergi sendiri, beliau tidak mendapatkan pengganti. Sehingga mau tidak mau saya dan Wan pun ikut juga ke wisata gunung bromo, meskipun jika sekarang hari ini memikirkannya sedikit was- was.
Bagi yang mau ke Gunung Bromo masa pandemi, berikut persiapan yang kami lakukan, yaitu :
1. Mencari info wisata Bromo terbaru
Saat ini untuk mencari berbagai informasi dapat dengan mudah melalui internet. Namun pastikan informasi tersebut falid ya. Salah satunya dari website resmi pihak pengelola. Seperti aturan baru yang berlaku terutama pada masa pandemi seperti sekarang ini
2. Daftar online wisata bromo
Untuk tiket masuk Bromo, harus dipesan jauh hari sebelum tanggal keberangkatan. Adapun harga tiket masuk Bromo sebesar Rp. 50.000,-/orang. Untuk prosedur pemesanan tiket sebagai berikut : Kunjungi portal pemesanan tiket online resmi Gunung Bromo. Tentukan dan pilih tanggal keberangkatan serta kepulangan.
Selanjutnya isi biodata lengkap, lakukan pembayaran dengan waktu 2 jam setelah pemesanan. Konfirmasi pemesanan akan dikirim ke email atau sms. Setelah kode tiket didapat simpan dengan baik. Nantinya kode tersebut yang akan dicek dipintu masuk TNBTS.
3. Meminta surat keterangan sehat
Salah satu aturan dari berita TNBTS terbaru selama pandemi ini yaitu harus membawa surat keterangan sehat dari dokter atau puskesmas. Saya dan suami pun meminta ke puskesmas.
Saat datang diukur suhu tubuhnya, kemudian kemudian penimbangan berat badan. Selanjutnya pemeriksaan tekanan darah. Dan yang terakhir akan mendapatkan pertanyaan untuk tujuan apa meminta surat keterangan sehat. Untuk administrasi surat keterangan sehat ini membayar Rp.10.000,-/orang.
Aturan Terbaru : Bukan Hanya Surat Kesehatan Tapi Harus Rapid Tes
Dari wisata gunung bromo terbaru, ternyata surat keterangan sehat sudah tidak berlaku. Jadi yang mau ke Gunung Bromo harus menunjukkan surat keterangan negatif rapid tes antigen. Jadi lebih ketat persyaratannya.
Jika ingin kesana, sebaiknya segala syarat tersebut terpenuhi. Karena di depan pintu masuk akan ada pemeriksaan kelengkapan persyaratan.
4. Menyiapkan baju hangat, obat- obatan pribadi dan masker
Yang mau kesana, apalagi lihat sunrise di Bromo wajib banget siapkan baju hangat, jaket tebal, sarung tangan dan juga topi hangat. Oh ya. Waktu kami datang di penginapan sudah disambut penjual tutup kepala rajut, sarung tangan dan syal.
Waktu itu suami beli Rp. 30ribu. Eh si ibu serombongan malah dapat Cuma Rp. 20ribu. Emang ya yang namanya emak jago banget kalau urusan tawar menawar.
5. Mencari penginapan sekitar Gunung Bromo
Jika pergi bersama keluarga, saran saya mencari penginapan dahulu sebelum menuju TNBTS. Selain berangkatnya bisa agak siangan dari daerah asal kami, juga bisa istirahat sebelum naik ke Bromo. Jadi bisa mengembalikan kondisi tubuh selama perjalanan.
Untuk penginapan sekitar Gunung Bromo sendiri banyak sekali pilihan. Bisa disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki ya. Kemarin kami kesana langsung satu paket dengan biaya kendaraan juga tiket masuk. Jadi harga permalam berapa saya tidak tahu pasti.
Perjalanan Selama Wisata di TNBTS dari Tuban ke Bromo
Bagi kami yang tinggal di Tuban, perjalanan Tuban ke Bromo sekitar 6- 7 jam lamanya via tol. Jadi kami berangkat setelah dhuhur dan sampai di penginapan sekitaran setelah Isya’.
Yang namanya kumpul dengan banyak orang, tidak bisa langsung istirahat. Apalagi si anak kalau berada di tempat baru suka mengekplore dulu. Jadinya istirahat baru sekitaran jam 10 malam. Itupun kami harus memaksanya tidur karena besoknya harus bisa bangun awal pagi.
Sekitaran jam setengah 2 pagi, semua sudah siap menuju lokasi melihat sunrise gunung Bromo. Saya sempat drama banget membangunkan Wan untuk di ajak naik mobil Jeep yang sudah siap di depan. Bapaknya Wan harus menggendongnya karena masih capek perjalanan dan tidur kemalaman.
Berapa Harga Sewa Jeep di Bromo?
Oh ya, untuk sewa Jeep Bromo sebesar Rp. 550.000,- yang isinya hanya 4 orang. Itupun tiap penumpang harus terdapat sekat dengan semacam kelambu platik agar sesuai protokol kesehatan. Jadi memang ada pembatasan penumpang jeep sejak pandemi ini.
Untuk perjalanan menuju tempat yang wajib dikunjungi di bromo salah satunya Bukit Cinta Bromo sekitaran 30 menit dari penginapan kami. Tempat melihat sunrise ada beberapa pilihan tempat sebenarnya seperti di penanjakan. Untuk kaldera sendiri masih tertutup untuk umum jadi kami tidak bisa ke sana.
Menunjukkan Surat Keterangan Sehat
Di pintu masuk ada pemeriksaan setiap mobil yang masuk. Termasuk surat keterangan sehat dan suhu tubuh. Wisata Gunung Bromo di antara tempat wisata yang buka selama pandemi termasuk paling ketat menerapkan protokol kesehatan.
Pembatasan Jumlah Pengunjung
Ketika dalam perjalanan, mas sopir juga menjelaskan selama pandemi ada pembatasan pengunjung Gunung Bromo. Jadi perhari Cuma 1000 wisatawan saja. Jadi jika berencana ke Bromo harus jauh- jauh hari booking tiket online Bromo ya.
Di sekitaran Bukit Cinta Bromo ada warung makan dan cafe instagramable yang bisa untuk menghangatkan badan sebelum melihat sunrise. Namun udara yang cukup dingin, makan mie cup panas pun serasa hanya hangat saja.
Suhu udara di Bukit cinta Bromo memang dingin banget. Di perjalanan mas supir sudah mengingatkan, jika kedinginan bisa masuk ke dalam Jeep yang terparkir. Jadi, ketika Wan rewel karena dingin dan ngantuk jadilah kami masuk saja ke mobil dan tidur di dalam sampai matahari terang benderang.
Sejujurnya saya kurang puas menikmati sunrise di Bukit Cinta Bromo. Harus rela di mobil agar Wan tidak kedinginan. Tetapi saya tetap bersyukur telah menginjakkan kaki dan menimati sunrise Gunung Bromo yang begitu indah.
Menuju Lokasi Pasir Berbisik Bromo
Setelah pagi, jeep yang kami tumpangi menuju pasir berbisik. Mas supir memberi tahu kami, jika ingin naik kuda bayarnya Rp. 50.000/orang. Karena biasanya joki kuda menawarkan dengan harga Rp. 150.000,- . Dan benar juga sih sampai di lokasi banyak joki kuda yang menawarkan kudanya untuk dinaiki pengunjung.
Yang ingin membeli souvenir khas Gunung Bromo juga banyak di sana. Mulai dari kaos, bunga keabadian edelwais dan lainnya. Atau yang ingin punya foto naik kuda tetapi tidak berani mengendarainya, bisa sewa kuda untuk foto dengan biaya Rp. 10.000,-
Padang rumput savana bromo
Tujuan kami terakhir di savana Bromo. Pak sopirnya sengaja mencarikan kami tempat yang sepi sehingga bisa leluasa pepotoan. Namun, kami tidak lama di sana karena gerimis. Sempat muncul pelangi meskipun terlihat kurang jelas.
Perjalanan pulang menuju penginapan ternyata lebih “seram” dari berangkatnya. Jadi kita bisa melihat tebing serta jurang di kanan kiri. Belum lagi jalannya yang meliuk tajam.
Jadilah sebagian rombongan kami mabuk kendaraan. Termasuk si Abinya Wan. Tapi untuk Wan biasa saja. Mungkin niru emaknya yang dari kecil jarang sekali mabuk kendaraan.
Perjalanan Pulang dari Wisata Gunung Bromo
Berada di Probolinggo rasanya sayang kalau langsung pulang. Kami selain wisata gunung bromo terbaru dan sekitarnya wajib di kunjungi. Salah satunya yaitu Air Terjun Madakaripura. Untuk cerita lengkapnya di postingan selanjutnya ya