Konten positif penting sekali di media sosial. Tujuannya yang tersebar bukan hoax tetapi konten yang bisa mengedukasi serta motivasi untuk masyarakat
Memasuki bulan Agustus semarak merah putih ada dimana- mana. Dari mulai bendera yang dipasang di depan rumah warga hingga umbul- umbul disepanjang jalan raya. Tentunya kita harus bersyukur Indonesia telah merdeka dari penjajah. Namun banyak yang bertanya apakah sudah benar- benar merdeka jiwa dan raga? Jangan- jangan hanya secara fisik saja yang merdeka. Namun jiwa kita masih tersandera.
Sebagai seorang yang menyatakan diri sebagai blogger, saya bersyukur bisa mengikuti webinar “Mengisi Kemerdekaan Dengan Konten Positif”. Seminar yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA) tersebut mengambil tema bagaimana berliterasi yang baik. Selama ini, literasi hanya dikaitkan dengan membaca, menulis dan berhitung saja. Padahal sesungguhnya makna literasi lebih luas lagi. Berliterasi yang baik harus mampu lightening (mencerahkan), motivation (memotivasi) dan memberi manfaat.
Seminar melalui zoom ini menghadirkan 3 narasumber yang sudah ahli dibidangnya. Ketiganya membawakan materi yang berbeda namun saling melengkapi. Berikut ini paparan materi dari ketiga narasumber
Positive Content, Why Not? Oleh Amy Kamila
“Ide tanpa dimulai tetap saja ide, bukan karya” Amy Kamila
Sejak boomingnya media sosial kata “viral” tak asing lagi ditelinga. Sering kita menyimak sebuah konten personal banyak sekali dibagikan orang sehingga terkenal. Konten tersebut bisa berupa gambar, tulisan maupun video. Jika konten tersebut positif tentu akan membawa kebaikan. Namun apa jadinya jika viral namun negatif tentang asusila misalnya, tentu bukan sesuatu yang keren.
Padahal setiap tayangan yang dilihat mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku tersebut kemudian menjadi fenomena yang bisa kita lihat seperti sekarang. Creator tersebut menjadi identitas hasil karya anak bangsa.
Terus bagaimana membuat konten yang positif?
Kita bisa kok berkontribusi membuat konten, apalagi di zaman sekarang. Banyak sekali lahirnya konten creator baik melalui youtube atau saluran lainnya. Sebelum membuat konten, yang harus dilakukan tentukan dulu alasan membuat konten tersebut. Ingin viral? Kalau gak viral gimana? Mau punya duit dari konten. Tidak salah semua alasan tersebut. Tapi jika tujuannya tersebut akan membuat diri patah semangat jika tidak sesuai dengan keinginan.
Yang terpenting niatkan untuk membuat sesuatu yang bermakna bagi orang. Karena ibaratnya 1 konten positif bisa melahirkan konten lain dari orang lain yang terinspirasi konten kita. Berikut ini langkah membuat konten positif :
Mendapatkan ide
Jangan membayangkan membuat konten sempurna pada awalnya. Atau konten yang bisa menjadi viral atau gimana. Memulai membuat konten positif dengan apa yang ada dilingkungan. Setelah mendapatkan ide, pasti bingung dengan apa permasalahan sehingga menuliskannya. Dari situ yang terpenting mulai dulu menuliskannya.
Ide bisa muncul karena dari teori yang tidak sesuai realita. Atau bisa juga dari peristiwa penting yang sedang ramai diperbincangkan. Mulai dari yang sederhana, mulai dari didekatmu dan mulai dari sekarang.
Mengembangkan ide
Letakkan rasa dalam karya. Gunakan norma agama, sosial dan budaya agar karya tidak bertentangan. Yakini, setiap konten positif yang kita bikin merupakan tanggung jawab creator, so perhatikan positif dan negatifnya.
Pilih media yang digunakan
Konten yang dibuat mau berupa tulisan, video atau foto tentu harus menyesuaikan dengan media. Setiap media beda cara penyampaiannya. Selanjutnya pilih media penayangan konten positif bisa melalui, youtube, blog atau media sosial
Berjuang di Media Sosial Oleh Ani Berta
Di kalangan anak sekarang muncul tren baru yaitu mager alias malas gerak. Pengaruh internet yang buruk membuat kebanyakan pemuda lebih banyak membuat waktu dengan hal yang tidak produktif. Misalkan dengan bermain media sosial. Mereka juga cenderung konsumtif. Fenomena seperti ini membuat sebuah ibarat bahwa sekarang yang menjajah kita bukan bangsa kolonial tapi internet. Bukan kita yang mengendalikan internet tapi internet mengendalikan kita.
Terus bagaimana agar tidak terjajah dengan internet? Berikut Tipsnya :
1. Perang lawan hoax
Hoax atau berita yang tidak benar sering membuat hidup tidak tenang bahkan menghancurkan persaudaraan. Berita hoax dengan mudah tersebar jika banyak yang ikut menyebarkan. Sebelum ikut menyebarkan, perhatikan dulu berita tersebut benar atau hanya tipuan belaka.
2. Kawal informasi
Salah satu kontribusi terdekat yang bisa dilakukan adalah menverifikasi berita yang didapatkan sebelum ikut menyebarkan. Caranya bisa dengan membandingkan dengan 2 atau 3 situs mainstream yang memberitakan hal serupa
3. Amunisi Edukasi
Media sosial yang kita miliki sekarang selayaknya amunisi untuk melawan virus penjajahan dan kebodohan. Dulu berperang dengan bambu runcing. Sekarang bisa menggunakan media sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang informasi yang benar.
Tidak percaya diri membuat konten yang bermakna?
Konten personal memiliki kekuatan yang justru tidak dimiliki oleh media resmi. Caranya dengan membuat konten yang memberikan vibes positif seperti : menyemangati, memotivasi dan hindari perdebatan
Gunakan akun media sosial yang dimiliki untuk berbagi wawasan, tutorial, refleksi ilmu dan berbagi inspirasi tentang tokoh
Media sosial yang dimiliki sebenarnya menjadi corong informasi. Dari media sosial akan banyak informasi yang didapatkan. Informasi tersebut akan bermanfaat bagi berbagai pihak
yaitu :
1. Bagi pemerintah
Informasi yang ada di media sosial sebenarnya bisa menjadi pertimbangan pemerintah terkait keputusan membuat sebuah regulasi untuk masyarakat. Media sosial pun bisa digunakan pemerintah untuk sosialisasi program serta pengumuman penting sehingga semua lapisan masyarakat bisa mengetahui informasi tersebut.
2. Bagi warga
Hampir semua pengguna internet memiliki media sosial. Media sosial bukan sekedar untuk berjejaring tetapi juga menjadi jembatan pihak berkepentingan. Contohnya saja, media sosial bisa mempertemukan penjual dan pembeli untuk bertransaksi.
3. Aspirasi diri
Media sosial menjadi salah satu terbanyak yang diakses seseorang ketika berinternet. Tidak mengherankan jika media sosial sering dijadikan tempat untuk sumbang saran serta melakukan survei terkait sebuah kebijakan. Disitulah bisa menyampaikan pendapat serta mengekspresikan diri. Tapi yang perlu diingat, meskipun berpendapat adalah hak, namun tetap harus menghormati aturan serta hak orang lain.
Menjadi Produktif di Media Sosial oleh Maman Suherman
Sekarang ini angka buta huruf di Indonesia hanya 3 juta saja. Sangat membahagiakan jika dilihat dari angkanya. Sayangnya jika dilihat dari minat bacanya hanya 30% dari yang melek huruf yang membaca dengan pemahaman. Ditambah lagi data dari CCSU menyatakan minat literasi Indonesia ranking 60 dari 61 negara. Dari data tersebut disimpulkan minat literasi di Indonesia sangat rendah.
Disisi lain, Indonesia merupakan negara tercerewet no. 2 di dunia di Internet. Berbagai berita dengan mudahnya trending di Indonesia tanpa mengetahui kebenaran, kebaikan serta manfaatnya. Tidak mengherankan jika kasus hoax di Indonesia sangat tinggi. Apalagi menjelang pilkada angka hoax sangat meningkat tajam. Dari data Kominfo ada 800.000 situs penyebar hoax yang terdeteksi.
Maka sebagai upaya menangkal hoax serta penyebaarannya lakukan R yaitu :
1. Reading
Ada pepatah yang mengatakan “apa yang kamu baca hari ini, menentukan masa depanmu nanti”. Rasanya tidak salah dengan pepatah tersebut. Bacaan yang baik akan mempengaruhi cara pandang seseorang. Korelasinya, orang yang banyak membaca tidak akan mudah percaya dengan hoax yang menyebar begitu saja.
2. Research
Salah satu faktor cepatnya hoax menyebar adalah malas meneliti kebenaran berita tersebut. Meneliti disini tentu bukan penelitian dengan berbagai data ilmiah yang membuat pusing. Cukup dengan membaca dengan teliti serta membandingkan dengan berita serupa dari sumber lain bisa memastikan kebenaran tentang suatu berita.
3. wRrite
Setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk tulisan. Maka ketika memutuskan menulis sesuatu usahakan yang bermanfaat. Ibarat menanam, tulisan akan mengirimkan “pahala” terus menerus selama dibaca orang lain. Apalagi jika tulisan tersebut mampu menginspirasi orang lain untuk berbuat lebih baik
4. Realible
Apapun yang ditulis maupun dishare harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan sampai asal share yang malah akan memperluas penyebaran berita hoax. Lakukan research, baca dan bandingkan dengan berita lainnya sehingga kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan
Kesimpulan
Apapun yang dilakukan pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Maka sebagai cara mengisi kemerdekaan di jaman yang serba digital, membuat konten positif adalah salah satu caranya.
Mantap… Panutan saya…