Wanita melamar duluan bagi kalayak umum masih ada yang menganggap tabu. Ada yang mengibaratkan wanita dalam memilih pasangannya hanya bisa menolak tanpa bisa memilih. Wanita melamar seolah menyalahi kodratnya sebagai makluh yang sensitive dan seorang makmum bagi laki-laki. Sehingga keputusan terbesar dalam melangkahkan hubungan ke jenjang pernikahan hanya bisa dilakukan pihak laki-laki yaitu melalui melamar. Namun tak demikian di Tuban, Kabupaten kecil di Jawa Timur tempat saya tinggal. Justru aturan adat di Tuban wanita yang melamar duluan.
Peribahasa dimana bumi berpijak disitulah langit dijunjung juga berlaku dalam sebuah adat prosesi pernikahan. Di daerah saya berasal selayaknya pernikahan di daerah pada umumnya pihak laki-lakilah yang melamar. Pihak laki-laki akan datang ke rumah pihak wanita untuk melamar sebagai keseriusan untuk mempersunting wanita dalam keluarga tersebut. Pada umumnya ketika melamar pihak laki-laki akan membawa seserahan atau di Kediri dikenal dengan “Peningset”. Peningset ini semacam ikatan bahwa pihak wanita telah diikat atau dilamar seorang laki-laki sehingga tak bisa menjalin hubungan dengan lainnya lagi. Peningset atau seserahan berupa perhiasan, seperangkat pakaian dari ujung rambut sampai kaki, peralatan kecantikan dan lainnya yang dibutuhkan oleh seorang wanita. Biasanya selain seserahan atau peningset ini pihak laki-laki dalam melamar juga membawa aneka makanan
Kebalikan dari yang saya temui di daerah asal saya, di Tuban khususnya yang berada di pesisir wanitalah yang melamar duluan. Di Tuban, wanita melamar duluan harus menyiapkan biaya yang cukup besar. Lamaran atau lebih di kenal dengan gemblong ini memang tak memberikan seserahan selayaknya di daerah lainnya. Namun di Tuban dimana wanita melamar duluan harus membawa banyak makanan kepada keluarga pihak laki-laki beserta sanak familinya. Jadi selain membawa makanan lengkap dengan aneka lauk, kripik rengginang dengan jumlah puluhan dengan ukuran besar, gula yang beratnya bisa satu kwintal, kopi, rokoK bahkan minuman botol yang lagi-lagi jumlahnya cukup banyak.
Sebenarnya tentang seberapa banyak makanan yang harus dibawa merupakan kesepakatan bersama. Artinya jika merupakan sebuah gemblongan maka harus membuat gemblong atau tetel (ketan yang dihaluskan dan dikasih kelapa) kepada seluruh sanak family pihak wanita. Kemudian juga memberikan kepada pihak keluarga laki-laki. Dan untuk pembuatan gemblong saja bisa menghabiskan ketn satu kwintal. Belum lagi makanan lainnya beserta lauk pauk lengkap, buah dan sebagainya. Tak mengherankan jika untuk proses melamar atau gemblong yang dilakukan wanita ini bisa menghabiskan dana hingga puluhan juta.
Biasanya sebelum acara melamar, terlebih dahulu keluarga wanita datang ke pihak laki-laki yang biasanya disebut “notok lawang” mengetuk pintu. Pada notok lawang ini pihak wanita memastikan kepada keluarga pihak laki-laki kapan kiranya waktu yang disepakati untuk melamar.
Jadi tahap notok lawang pun pihak wanita yang aktif ke pihak laki-laki. Biasanya diwakili oleh dua orang yang merupakan tetua dari pihak keluarga wanita. Notok lawang ini pun pihak wanita sebagai buah tangannya membawa gula kopi plus rokok kepada pihak laki-laki.
Di Tuban wanita melamar duluan sampai sekarang memang masih berlaku adat istiadatnya. Namun untuk gemblong dan lainnya ada beberapa keluarga ada yang tak menjalankannya karena alasan biaya. Terlebih bagi pasangan yang bukan sama-sama berasal dari Tuban. Mereka lebih memilih wanita lah yang dilamar bukan wanita melamar duluan.
Waw.. ga kebayang ketan 1 kuintal utk tetel mbak? Luar biasa adat di Indonesia ini ya?
Oh, gitu, saya baru tahu ini, Teh.. Pengetahuan baru nih buat saya pribadi.
Sebaliknya gitu ya, biasanya kan laki-laki..he
Btw, makin keren nih templatenya, Teh..
Waaah baru tau ini. Unik ya. Si perempuan jadi bisa memilih suami. Susahnya kalau nggak ada uang jadi nggak nglamar2 ya?
Saya baru tahu kalau di Tuban menganut adat seperti itu. Kalau di daerah saya yang melamar dulu si laki-laki 😀
Iya mbak, plus kelapanya untuk membuat itu 50 biji
Inilah kayanya adat Indonesia
Wah terima kasih ya
Katanya orang sini sih resikonya punya anak perempuan harus modal besar kalo mau nikahkan
Katanya orang sini sih resikonya punya anak perempuan harus modal besar kalo mau nikahkan
Waw… Ini adat berarti yaa mbak. Perlu dilestarikan inih. Ehehe…
wow,, ternyata adat seperti itu ada y,,
jadi mikir. Kalo mahar dari perempuan, trus yg nafkahi keluargany nanti perempuan pula ya mb?? heheh,,
Oh gitu, saya baru tau ada adat istiadat yang begitu. Wah-wah saya ketinggalan. Kalau saya pribady, saya sih lebih suka laki-laki yang melamar daripada yang dilamar ��
Wedew, baru tahu saya. Tapi mungkin adat itu sudah mulai bergeser, ya. Karena beberapa teman saya tetap nunggu dilamar kok.
Ceritanya nih makan besar ya… Hehehe. Gak bisa bayangin waktu buat makanannya, butuh banyak orang dan mungkin waktu yang lama
Wihhh gede juga yo modal nikahnya orang Tuban. Tapi info baru ini ternyata ada wanita yg melamar laki-laki.