Beberapa bulan lalu timeline media sosial saya ramai dengan pernikahan putra Ustadz Arifin Ilham yaitu Alvin Faiz dengan Larrisa Chou. Bukan karena Alvin merupakan seorang putra tokoh agama yang cukup berpengaruh di negeri ini, tapi usia Alvin yang masih 17 tahun menjadi perhatian. Kemudian beberapa bulan lalu menikah muda juga dijalani oleh putri pengacara kondang Sunan Kalijaga yaitu Salma Fina dengan seorang mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir yaitu Taqi Malik yang cukup membuat netizen heboh. Salma fina juga berusia 18 tahun ketika ijab qobul pernikahan diucapkan. Itu artinya mereka juga menikah muda. Dengan dua pernikahan yang dianggap cukup fenomenal tersebut, menikah muda mulai menjadi trend. Namun setelah Salma- Taqi yang membina rumah tangga seumuran jagung memutuskan untuk mengakhiri rumah tangganya dengan mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan agama, berbagai opini publik pun bermunculan. Polemik pro kontra tentang menikah muda semakin berkembang. Ada yang menyerankan tetap menikah muda sehingga terhindar dari zina yang kian marak. Ada yang menganggap bahwa nikah muda akan menambah angka perceraian yang kian tahun semakin meningkat. Lepas dari itu semua menikah muda memang banyak yang perlu dipertimbangkan.Sebagai orang yang telah menjalani sebuah biduk rumah tangga, saya berada posisi ditengah. Bukan yang menyarankan bukan pula yang melarang menikah muda. Karena bagaimanapun menikah bukan hal yang mudah dan pernikahan bukan berjalan hanya hitungan hari tapi seyogyanya sehidup semati. Menikah seharusnya berjalan long lasting sampai maut memisahkan. Tidak sampai terjadi pertikaian berarti apalagi sampai sebuah perceraian. Setiap orang mempunyai karakter, kesiapan mental dan prinsip yang berbeda dalam pernikahan. Termasuk juga dalam menjalani menikah muda. Maka ketika seseorang dengan telah siap menikah muda, atau bagi yang berniat menikah muda maka hal berikut bisa menjadi pertimbangan 1. Kesiapan secara psikologis serta mental dalam pernikahan. Banyak orang terutama wanita yang mengalami Cinderella Syndrome. Suatu bayangan akan indahnya pernikahan. Dimana setelah menikah akan bahagia selamanya selayaknya Cinderella. Namun ketika menikah yang ditemui justru kebalikan 180 derajat. Karena pernikahan selayaknya kapal yang berlayar yang penuh dengan ombak masalah kehidupan. Untuk membawa pernikahan menjadi Sakinah Mawadah Wa Rahmah diperlukan mental yang kuat serta menerima sepaket kekurangan serta kelebihan pasangan. Biasanya orang muda masih labil dalam mental, sikap egoisnya tinggi dan mau menang sendiri. Maka sebelum memutuskan menikah muda, tanyakan dulu ke diri snediri sejauh apa kesiapan mental menghadapi pasangan, keluarga serta masalah yang menimpa dalam pernikahan. Kalau memang sudah siap, tidaklah mengapa jika menikah muda mejadi pilihan. 2. Finansial yang mapan. Ketika menikah sebenarnya seseorang telah benar-benar menjadi manusia baru. Bukan tentang kehidupannya tapi juga segi finansial. Artinya segala kebutuhan harus siap ditanggungnya, terlebih laki-laki sebagai kepala keluarga. Pertengkaran dalam pernikahan banyak disebabkan juga karena masalah finansial. Ada yang karena pendapatan suami lebih kecil dari istri, ada yang pendapatan tak mencukupi untuk menutupi kebutuhan dan banyak kasus lainnya. Setiap pernikahan akan mendapat ujian. Ujian finansial bisa jadi salah satu ujiannya. Bagi yang ingin menikah muda, sebaiknya memiliki sumber mata pencaharian tetap yang bisa menjaga minimal berlangsungnya dapur tetap mengepul. Untuk besar kecilnya serta kemapanan finansial tentu relatif. Dengan keputusan menikah muda itu artinya siap dengan segala konsekuensi finansia yang akan dihadapi. 3. Keberlangsungan Pendidikan. Yang dimaksud dengan menikah muda adalah menikah pada usia dibawah 20 tahun. Itu artinya jika melanjutkan pendidikan masih berada di bangku perkuliahan. Maka ketika memutuskan untuk menikah, bagaimana keberlangsungan pendidikan setelahnya perlu menjadi pertimbangan. Tentu menikah dengan status pernikahan lebih berat dari pada kuliah yang masih status sendiri. Selain pikiran bertambah, dalam segi finansial akan lebih banyak yang dikeluarkan. Meskipun begitu banyak kok yang berhasil menjalankan pernikahan sekaligus berada dalam bangku perkuliahan dan mereka sukses keduanya. Karena kalau bisa menjalankan KKN aka Kuliah Kerja Nikah apa salahnya satu rengkuhan dua tiga pula sekaligus terlampui. Sama saja sekali jalan tiga status pun bisa terlaksanakan. 4. Restu orang tua. Ketika memutuskan menikah itu artinya sudah dikatakan dewasa. Sehingga segala perbuatan dan keputusan tentu tahu akibatnya. Meskipun begitu orang tua yang telah melahirkan serta merawat kita sehingga berani untuk menikah tentu perlu mendapatakn restu darinya. Biasanya ekspekstasi orang tua terhadap anaknya, sama seperti emak kepada ku dulu ingin anaknya menyelesaikan pendidikan dulu atau bisa juga mendapatkan karier yang bagus baru menikah. Namun ketika mendapatkan pasangan yang tepat rasanya ingin segera menikah muda saja. Cara terbaik yaitu berdikusi dahulu dengan orang. Selanjutkan meyakinkan orang tua bahwa dengan menikah muda tak akan menghalangi anaknya untuk memenuhi harapan orang tua. Dengan usaha yang meyakinkan tentu orang tua akan mengijinkan
5. Hadirnya Anak. Tujuan sebuah pernikahan salah satunya adalah untuk memperoleh ketururunan. Meskipun sekarang dengan program keluarga berencana hadirnya anak bisa direncanakan, namun tetap harus diperhitungkan. Ketika hadirnya anak beban psikologis bukan saja tentang pasangan tapi juga anak. Bagaimanapun seorang anak butuh perawatan, pengasuhan juga pendidkan terutama dari orang tuanya. Juga kebutuhan materi di dalam keluarga akan bertambah dengan hadirnya anak. Maka tentu jadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk menikah muda.
6. Keberlangsungan Karier atau pekerjaa. Dalam sebuah rumah tangga tentu ada aturan khusus yang disepakati kedua belah pihak, termasuk masalah pekerjaan. Ketika menikah seorang istri atau suami akan mempunyai peran ganda. Kadang peran ganda ini jika tidak disiapkan akan mengganggu keberlangusngan pekerjaan. Terutama bagi istri ketika memiliki anak harus membagi perannya. Kadang suami ada yang tak mengijinkan istri bekerja karena menginginkan sang istri lebih konsentrasi mengatur rumah tangga. Tentu konsekuensi tersebut harus dipertimbangkan sebelum memutuskan menikah muda agar tak menyesal di kemudian harinya. Menikah adalah sebuah kebaikan, ibadah dan kebahagian bagi yang melaksanakannya. Tentu agar tujuan pernikahan dapat tercapai berbagai uraian diatas bisa jadi pertimbangan. Terlebih bagi yang ingin menikah muda tentu harus serius mempertimbangkan ke 6 hal diatas. #tantanganODOP
Sempurnakanlah agamamu dengan menikah… 🙂 happy blogging!
Menikah juga sudah diatur dalam undang2. Kalaupun belum memenuhi harus dipersidangkan dulu
Iya, sih, mending dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang, agar nggak sampai terjadi perceraian. Kalau punya anak, lagi-lagi anak yang jadi korban.
Saya nikah usia 21 tahun, memang banyak banget yang dipikirkan, untungnya udah lulus kuliah
Saya baru tau dengan istilah Cinderella Syndrome ini. Hehehe… nice sharing mbak.
mantap nih bu anis sarannya… hehe