Sebagai ibu tiada nikmat yang luar biasa selain kesehatan buah hatinya. Walaupun capeknya luar biasa dengan polah tingkahnya, akan tergantikan dengan senyum lucu anaknya. Namun itu tak akan terjadi jika buah anak mengalami sakit. Itulah yang saya alami beberapa waktu lalu. Tak disangka dan tanpa diduga Si Kecil terkena cacar air.
Bicara cacar air sebenarnya bukan sesuatu yang asing. Bagi masyarakat di daerah saya, mengenal cacar air dengan sebutan crangkrang. Dulu waktu SD sering lihat teman terkena cacar air. Saya pribadi, sepanjang ingatan sih belum pernah terkena dan semoga tidak mengalaminya. Sehingga ini adalah pengalaman pertama bersinggungan secara langsung dengan cacar air. Cacar air sendiri berupa bintil- bintil di kulit, di dalam bintil tersebut seperti terdapat airnya. Cacar air di sebabkan oleh virus varicella. Karena penyebabnya virus, cacar air bisa dengan mudah dan cepat menular. Terutama jika lingkungan sekitar terdapatseseorang yang terjangkit dan kondisi tubuh kurang fit.
Seperti Si Kecil yang beberapa waktu pilek. Sehingga dengan mudah si varicella menclok dan beranak pinak. Biasanya sebelum muncul akan ditandai dengan timbulnya panas pada tubuh penderita. Atau sebaliknya, baru akan timbul panas setelah cacar air muncul. Awalnya saya kira merupakan ruam popok sehingga saya olesi dengan salem untuk ruam. Namun malamnya bukannya sembuh, bintil itu semakin besar dan menyebar dibeberapa area.
Paginya saya bawa ke dokter umum terdekat. Dan ternyata bintil itu merupakan cacar air. Dari dokter tersebut Si Kecil di beri salep yang di oleskan ke cacar airnya serta sirup penurun panas. Namun keesokan harinya, bukannya membaik malah semkin menyebar lagi. Sehingga saya pun membawa ke DSA. Pertama lihat si kecil DSA kaget juga, kok menyebar gitu baru dibawa ke sana. Saya pun menjelaskan kalau sebelumnya sudah dibawa ke dokter umum. Yang jadi catatan di sini adalah, salep kurang optimal pengobatannya jika sudah dalam kondisi cacar air telah meluas. Sehingga sebagai obatnya, dokter memberikn obat rajikan dan juga penurun panas. Untuk obat luarnya, cukup menggunakan bedak biang keringat yang tersedia dipasaran. Satu lagi, hindari seminimal mungkin untuk kontak dengan air.
Yang paling susah dari saran DSA adalah untuk tidak menggaruk cacar air tersebut. Air dari bintil- bintil yang meletus merupakan salah satu media penyebran ke daerah lainnya. Namanya anak kecil yang lagi aktif- aktifnya. Ada saja kerjannya, termasuk tangannya. Meskipun sudah berusaha dialihkan dengan berbagai hal, tetap saja masih kecolongan.
Beberapa orang juga menyarankan untuk perawatan kulit setelah terkena ccr air yaitu dengan membaluri kulit dengan parutan jagung muda. Gunanya untuk membuat kulit tidak ada bekas cacar airnya. Seorang bidan kenalan saya juga menyarankan, agar cacar air tidak membekas di kulit yaitu memandikan hanya dengan air ketika bintil- bintil cacar air mulai berkerut/akan kering.
Dan Alhamdulillah, sekitar seminggu cacar airnya sudah mengering dan sembuh. Semoga sedikit pengalaman ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Cacar air kan terjadi selama sekali seumur hidup mbak. hhee
Dulu pas waktu kecil juga udah pernah ngalamin cangkrang. tapi bekasnya pernah kulopek, jadi ada ini jejak hasil cacar air di wajah, hehehee
Salam Kenal ^_^
sepengetahuan ku apabila mengalami lagi (temanku pernah mengalami) disebut dengan cacar air tahap II
Saya pernah cacar air waktu SD mbak, bekasnya sampai sekarang gak ilang….
Alhamdulillah si kecil dua minggu sudah hilang mbak
kata ibuku aku juga pernah mengalami cacar air sampai 2 kali. Wah seperti temannya Mbak Anis. Gitu itu kenapa ya?