Tidak selamanya apa yang ada di diri kita dimiliiki orang lain. Tak selamanya juga mereka rela terhadap riskiNya yang dititipkan pada kita. Saat sifat iri mulai menyelimuti, logika telah tiada. Mulai sekedar berhenti menegur sapa, sinis yang disuguhkan, dan yang tak bisa di duga. Mengira bahwa semboyan “Cinta ditolak, dukun bertindak” hanya berlaku jaman dahulu. Kecanggihan teknologi, perkembangan pengetahuan tak menggerus sebagian masyarakat di desa saya tinggal tetap menggunakan klenik untuk hal yang tidak disenangi. Begitulah, bersinggunangan dengan dunia ghaib mau tidak mau saya hadapi.
Saya jadi paham kenapa emak senang sekali membantu. Bahkan terhadap orang yang tak dikenalnya. Karena hakikatnya membantu bukan mengharap balasan dari orang yang telah kita bantu. Membantu, menolong atau berbuat baik lainnya adalah menabung kebaikan. Dan ketika membaca tulisan Mbak Vanti pun mengamini bahwa kebaikan itu investasi.Yang tidak hilang begitu saja seperti tersapu debu. Kadang hasil dari kebaikan bukan langsung pada diri sang pemberi, namun bisa juga energi kebaikan itu akan menjalar pada orang-orang yang disayanginya.
Kalau lagi bete..coba bantuin orang. InsyaAllah bete nya ilang
Bahasannya dalam sekali mbak. Saya jadi tercerahkan
Maaf sebelumnya, siapa Emak? ibu pean? Lalu kemudian apa itu 'energi kebaikan emak'? (maaf,kita perlu berhati2 memaknai setiap ucapan kata dan keyakinan. Karena ada orang memanggil sesepuh yg memiliki "kekuatan kejawen" dg sebutan 'mabh', 'emak', atau bahkan 'kyai'). Mengapa beliau tidak menyebut, "ini semua kebaikan/pertolongan/perlindungan Allah?"
Lalu tentang klenik. saya percaya itu ada. Bahkan yg mengaku Islam, bangga mengaku Islam kejawen. Ada orang me-guna2 lelaki sampai lelaki tersebut menolak perintah ortunya dan meninggalkan sholat. ada yg mencuri rumah dengan menggunakan 'sirep', ada orang yg susah meninggal krn perewangan/jin-yg ikut dirinya enggan memudahkan si nyawa meregang juga ada.
Adapun soal tanah, saya cukup berduka cita disini. Mengapa? saya kasihan sama si "mbah" nya itu. sebaiknya kan urusan intern tidak sampai membuat pihak terkait kecewa, ntar kebawa sampai akhirat lho 🙁
Agree, kebaikan adalah yang yang utama di dunia ini.
Mengenai harta warisan, saya memiliki pedoman untuk adil dalam pembagiannya sehingga tidak ada satupun pihak yang merasa tidak kebagian/dirugikan.