Pinjam Gambarnya Windows |
Memutuskan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, dalam artian tidak bekerja di luar rumah bukan perkara mudah. Perlu waktu berpikir, pertimbangan matang, sholat isthikoroh dan juga dukungan dari orang- orang terdekat. Bukan dari segi finansial saja yang jadi tarik ulur dalam pengambilan keputusan, namun dari segi up grade diri dan juga sosialisasi. Ketika si kecil lahir, saya memutuskan untuk mengakhiri bekerja di luar rumah. Agak berat pada awalnya, karena sebenarnya status bukan menjadi kendala untuk tetap meneruskan karier. Dengan tetap bekerja paruh waktu di luar dan menitipkan si kecil pada keluarga atau asisten rumah tangga. Namun, akhirnya memilih untuk mengasuh, mendidik serta merawat sepenuhnya buah hati tanpa meminta bantuan orang lain menjadi keputusan kami, saya dan suami. Itu artinya saya harus meninggalkan pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Bagaimanapun perasaan untuk kembali bekerja di luar kadang masih menggoda saya. Terutama kejenuhan dengan rutinitas aktifitas rumah tangga. Namun keinginan untuk memberikan pengasuhan terbaik buat si kecil melalui tangan ibunya sendiri menyurutkan keinginan saya. Ada beberapa tips yang saya lakukan untuk menghilangkan kejenuhan serta memperkaya wawasan meskipun menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Membaca. Kalau yang namanya ibu rumah tangga tak dipungkiri tak jauh dari yang namanya ngerumpi dan gosip. Entah hanya menonoton tanyangan infotainment di televisi atau ngobrol dengan tetangga sana- sini. Rasanya eman sekali kalau waktu yang dipunyai terbuang percuma dan tidak memberi kemanfaatan. Alangkah indahnya meski sudah jadi ibu rumah tangga yang tidak di tuntut gawean diluar tetap mengisi waktu dengan mencari ilmu. Tentu ilmu yang berguna terutama bagi keluarga. Yang namanya ilmu tidak jauh- jauh dari namanya membaca, terutama membaca buku. Sehingga bagaimanapun keadaannya membaca harus tetap jadi prioritas kita. Ibaratnya membaca adalah makanan otak kita. Dari bahan bacaan itulah otak mendapatkan suplemen yang membuat kita pintar. Bagaimanapun tidak hanya wanita yang bekerja saja harus pintar, namun seorang ibu rumah tangga pun kudu bin wajib pintar , sehingga anak yang di didik akan menjadi generasi yang berkualitas. Internet. Di era digital ini segalanya menjadi lebih mudah dengan yang namanya internet. Dulu ingin mendapatkan resep masakan harus lari ke toko buku atau nimbrung di loper koran pinggir jalan ngintip resep dari tabloid yang di jual. Sekarang tinggal tulis di si mbah google beribu resep tersajikan. Begitu juga ilmu lainnya. Tentang tips kecantikan ada, apapun deh. Memanfaatkan dengan optimal smartphone yang kita punya untuk up grade diri. Mencari informasi yang bermanfaat serta dapat juga menghasilkan sesuatu yang gratisan. Lumayan lah itung- itung memperpanjang usia uang belanja. Komunitas. Meski memutuskan untuk Drs alias di rumah saja bukan berarti menutup hubungan dengan dunia luar. Kesibukan dengan si kecil serta pritilannya, belum lagi pekerjaan domestik rumah yang tak ada awal dan ujungnya, tidak menghalangi untuk gabung dengan orang- orang yang mempunyai minat yang sama. Dengan begitu di kala berada dalam titik nadir kemalasan dan kejenuhan maka orang- orang di lingkaran komunitas inilah yang bisa membangkitkan semangat buat tetap berkembang. Tidak harus keluar rumah untuk bergabung dengan mereka. Memanfaatkan facebook, WA, BBM, dan aneka lainnya tetap dapat digunakan untuk mendapatkan ilmu dan memperluas jaringan serta pertemanan. So, bukan alasan lagi kan menyalahkan keadaan untuk berhenti berkembang. Pinjam kata- kata inspiratif di Hitam putih “Limitation only in your mind”.