Malam itu ibu mertua pulang tergoboh- goboh dari acara pengajian rutin kampung. Seolah ada sesuatu yang sangat yang mendesak untuk diketahui bagi kami yang tak mengikuti acara tersebut. Entah apa tema acara sesungguhnya, namun dari undangan yang sempat kami baca, adalah Maulid Nabi SAW, namun bukan itu yang di sampaikan pada kami namun obat dari semua penyakit yang menakutkan. Bingungkan jadinya.
Baiklah, runtut ceritanya adalah setelah acara inti ada info dari pihak yang (katanya) peduli dengan kesehatan kaum wanita, sehingga perlu penyuluhan lebih lanjut. Diwakili seorang yang pandai (versi ibu) menjelaskan berbagai penyakit terutama kanker disertai dengan gambar- gambar yang mengerikan serta menjelaskan kalau setiap wanita (pria tidak termasuk, karena di situ hanya para ibu) berpotensi mengidap penyakit tersebut, sehingga dianjurkan membeli obat yang di sediakan, yang katanya hanya dengan mengoleskan tiga kali,maka penyakit akan keluar. Hebatkan. bahkan kemoterapi atau pengobatan secara medis dengan biaya jutaan kalah dengan kemanjuran si obat. Dan, serunya lagi setelah acara banyak sekali ibu- ibu yang sudah merasa ketakutan segera memesan obat tersebut, yang bisa dikatakan sangat mahal untuk ukuran masyarakat desa.
Mendengar penuturan ibu kepada tetangga yang sangat meyakinkan (ikut- ikut jadi sales), tetangga yang tak mengikuti acara pun segera datang ke balai desa. Sambil takjup terhadap kemampuan “ si penjual obat “menghipnotis ibu sehingga turut serta menjadi salesnya, saya dan suami hanya mengingatkan kalau apa yang dilakukan orang pandai tadi adalah sebuah modus untuk menjual obat. Yang patut kami sayangkan di sini, dengan pengetahuan masyarakat desa yang masih rendah mudah sekali percaya terhadap hal yang mereka anggap luar biasa.
Sebenarnya bagus sekali dengan acara semacam itu bisa mengedukasi masyarakat terutama ibu- ibu yang kebanyakan selain berpendidikan rendah juga sudah enggan mengikuti perkembangan zaman dan pengetahuan. Namun, patut disayangkan jika acara edukasi, yang dibumbui menakuti malah dijadikan sebagai jembatan untuk melariskan dagangan pihak tertentu. Sehingga tanpa berpikir panjang masyarakat terutama ibu- ibu segera percaya dan membeli obat tersebut, walaupun dengan kemanfaat yang belum tentu sesuai yang diharapkan.
Iya, saya jadi sedih kalau orang-orang desa dijadikan objek pembodohan seperti itu. :((
jangankan orang di desa, orang kota juga rawan terbujuk iming2 bisnis yg menghasilkan penghasilan banyak. jadi memang benar2 antar kerabat keluarga perlu diajak sharing dan bercerita apakah perlu menggunakan produk/layanan tertentu atau tidak. itulah gunanya keluarga 🙂
Iya mbak, dan pihak yang berwenang (perangkat) pun ikut mendukung dengan mengijinkan "penyuluh" untuk mengisi acara kampung
harus banyak-banyak berbagi pengetahuan ya Fath, terutama untuk orang terdekat dengan kita