Dalam kehidupan sehari- hari, kita tidak bisa lepas dari yang namanya mitos. Entah itu percaya atau tidak tergantung dari pihak masing- masing menyikapinya. Sejak kecil kita telah disuguhi dengan mitos menakutkan atau lucu yang awal mulanya berasal dari mana kita tak pernah tak tahu. Lebih pada kepercayaan turun temurun yang kadang tak masuk logika. Dulu ada kepercayaan dikampung saya, jika ada kupu- kupu yang masuk kedalam rumah maka sebentar lagi akan ada tamu dirumah itu. Memang kadang betul, namun di keluarga selalu menanamkan bahwa hal semacam itu hanya mitos sehingga kami terbiasa tak percaya pada mitos- mitos yang muncul apalagi ketika masa kehamilan yang sering banyak sekali pantangan. Rupanya sekarang saya harus berhadapan dengan yang namanya mitos itu lagi. Kemarin kami, saya dan suami berkunjung ke rumah ortu dari pihak suami. Ketika sedang mengobrol dengan keluarga, ibu yang mungkin telah rindu menimang cucu menyarankan kami untuk makan otak kelinci, yang katanya entah dari mana sumbernya membuat seseorang cepat hamil. Apa hubungannya otak kelinci dengan kehamilan?. Tentu saja suami dan juga adik ipar yang lebih berpikir dengan logika dan pengetahuan langsung mengatakan bahwa itu hanya mitos belaka. Sedangkan saya hanya diam, dan berpikir kalaupun otak kelinci bisa mempercepat kehamilan, mungkin ada zat penyubur kandungan, atau yang lainnya sehingga mempermudah proses kehamilan itu sendiri. Dan, saya belum merasa perlu bertestimoni, apalagi suami yang notabene sangat pilih- pilih makanan terutama yang berbau daging. Sedang saya, masih berkonsentrasi mengejar bimbingan skripsi ke dosen yang sempat tertunda. Pembahasan tentang mitos pun berlanjut sampai kami perjalanan pulang. Apalagi kami sengaja melewati pintu masuk desa Meliwang yang mana di desa itu tak diperbolehkan sebuah rumahpun menghadap ke arah utara. Mitos yang beredar, apabila hal itu dilanggar maka akan ada lindu atau gempa kecil yang terjadi di desa itu. Saya kurang tahu asal muasalnya kenapa sampai muncul mitos dan aturan seperti itu. Lain lagi mitos yang ada di desa teman kerja saya. Dari desa itu tak memperbolehkan penduduknya untuk makan ikan lele, padahalkan enak. Menurut cerita, pada suatu hari salah satu penduduk desa menjadi pencuri yang tak pernah gagal. Karena sesuatu, maka hari itu dia ketahuan. Dia pun di kejar penduduk desa yang mengetahui perbuatannya. Sampailah dia tersudut tak bisa bergerak lagi, karena disekelilingnya hanya kolam ikan lele yang penuh. Maka dia berdoa, jika ia selamat dari pengejaran masa dia akan bertaubat dari perbuatannya. Masuklah ia ke dalam kolam lele, dengan seijinNya maka ia sama sekali tidak terluka dengan patilan ikan lele. Sejak itulah ia bertaubat, dan bernadzar bahwa anak cucunya tidak boleh makan ikan lele sebagai balas jasa telah meolong dirinya.
Percaya tak percaya sekali lagi tergantung diri kita. Kadang sesuatu tergantung sugesti , jika kita meyakini maka akan terjadi apa yang kita percayai.
Memang mitos masih mudah ditemui di beberapa daerah, Mbak. apalagi kalangan orang Jawa. mengenai Kupu-kupu, saya juga pernah dengar mitos itu. kalau saya juga nggak terlalu percaya, tapi tidak mengabaikan, tapi menghormatinya. ada juga soal bintitan di matas, banyak mitos soal itu, entah suka ngintip orang mandi, meberi lalu diminta kembali dan seterusnya. saya pernah bicara mitos juga di blog, mengenai bintitan itu ๐
salah satu mitos yang perlu dipatahkan di sekitarku itu tentang orang meninggal yang bisa bikin anak kecil sawanen. Nah, dikit demi dikit, akhirnya kerabat yg punya anak kecil, diperkenankan untuk ikut ta'ziyah kalau ada kerabat lain yang meninggal. dijelaskan mengapa meninggal, menyapa/melihat muka, mengajak menyolati, dsb.
Kalo di daerahku istilahnya "timbilen", mitosnya sih di sebabkan memberi yang diminta kembali.
Iya juga, apalagi keluarga yg masih benar2 pegang tradisi jawa akan banyak mitos- mitos dalam kehidupan mereka
kalau istilah sawanen saya sering mendengar. Apalagi dilingkungan saya, entah mau percaya atau tidak dengan sawanen tapi ya memang terjadi. Badan si bayi menjadi panas, dan jika di bawa ke dokter pun tak ada penyakitnya.
Kalau saya ambil positifnya saja, selalu berdzikir di dekat anak kecil karena anak kecil sangat peka terhadap hal- hal gaib.
Kalau di daerah alfath biar gak sawanen harus ikut ta'ziyah, melihat si meninggal bahkan menyolati, bisa- bisa tiap ada orang meninggal saya ketakutan, karena saya pobhia dg orang meninggal #pobhia yg ingin saya hilangkan, mengingat saya sendiri akan mati.
iya, anak kecil sangat rentan diganggu jin karena memang jin suka mengganggu mereka. (ini pernah baca dimana gitu, selain itu jg pernah kejadian, hehehehe.. serem sih. dan memang benar, obatnya atau penangkalnya memang orang tuanya dan sekitarnya perlu ingat terus sama Allah). klo ttg orang mati, saya se juga masih "produk" orang dulu. maksudnya, masih pernah ketemu teman2 yg suka nakut2 i lewat cerita hantu, yg menakutkan dan sebagainya, tapi ga ngasih solusi biar berani menghadapi makhluk demikian, dsb. Nah, yg generasi sekarang2 yg ga dicekoki bahwa harus takut dengan hantu itu malah sdh berani dan sadar kalau orang meninggal dan jin itu dua hal yg berbeda. Meskipun anak2 yg ketemu jin juga merasa kalau jin itu menakutkan. waahhh… maaf pale bahas ginian ๐
Kalau di jawa emang banyak mitos ya mbak, mengular kalau disebutkan satu persatu ๐
kalau saya memandang, kebanyakan mitos sebenarnya ada manfaatnya. Namun, cara penyampaian orang- orang dulu, tidak di dasari penjelasan yang ilmiah. bahkan cenderung menakut-nakuti. Oleh karena itu, mungkin kita yg telah hidup di jaman serba yang ilmiah, dan berlandaskan agama maka patut mengambil mitos mana yang jadi perhatian kita, dan mana yang tidak.
iya mbak el..
banyak banget, apalagi yg masih percaya sekali tentang mitos- mitos itu sendiri, hampir setiap tingkah lakunya ada mitosnya
Didaerah saya juga masih ada mba, walau sekarang sudah mulai berkurang. Wanita hamil dilarang takziah ke rumah yang meninggal, suara burung hantu pertanda ada yang hamil, dll.
Aneh memang.
Salam!
hampir setiap daerah punya mitos sendiri- sendiri.
percaya tak percaya, kempbali ke pribagi masing- masing.
terima kasih kunjungannya ๐
Di desa saya juga ada mitos mbak… Ada sebuah jembatan namanya jembatan nganten. Katanya pengantin/pengantin baru tidak boleh lewat jembatan tersebut karena nanti umur pernikahannya bakalan pendek… Alhasil kalo ada orang nikahan, pasti lewat jalan memutar agar tak lewat jembatan nganten itu mbak, hehehe ๐
Wah, di sini juga ada yang kayak gitu lhoo dit.
Namun, di sini gunung. Namanya gunung pegat. Letaknya di daerah babad lamongan. Ya hampir sama mitosnya. klo mengiring kemanten gak boleh situ, nanti bisa cerai/ pegat seperti gunung tersebut.
wah,saya baru tahu yang cerita lele itu mbk hehe…
saya juga mbak, baru ketika merantau ke kota pudak ini baru mengetahui.
awalnya heran mendengarnya, tapi memang ada seperti itu.
Yah sejauh ini sih belum ada bukti mbak, soalnya gak ada yang berani membuktikan sih… tapi saya yakin itu cuma sekadar mitos aja mbak, kepercayaan masyarakat sekitar… ๐
Iya, bagi kita sudah percaya itu hanya mitos. Namun, kalau terjadi sesuatu nantinya pasti akan dihubungkan dengan mitos tadi