Menanti sampai datang purnama ke tiga sungguh lama. Meskipun pada purnama ke tiga nantinya aku harus kehilangan dia. Meniti hidup baru yang penuh liku dan kebahagian tentunya. Kadang, enggan aku beranjak menuju purnama ke tiga, yang di sana “status” diri akhirnya harus terubah karena hukum negara dan agama. Ada perasaan yang tak siap, bahagia, ragu, rindu menjadi satu. Apalagi ada yang mengatakan bahwa di sanalah akhir sebuah petualangan. Menghitung hari berjalan agaknya begitu pelan. Sampai waktu terhabiskan dengan angan untuk segera datang purnama ke tiga. Meninggalkan “status” lama dan bersamanya menghadapi kehidupan sesungguhnya. Hanya ada harapan, semoga diriku dan dia berada dalam ridhoNya.
Secuil kegalauan hati
menuju Purnama
ke tiga
Selamat bersiap menulis di "lembaran hidup baru". Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, wa rohmah. 🙂
wah, bisa menikah muda. Hehe,mungkin sudah direncanakan/dicita-cita kan ya? 🙂
Amiin..
moga terlaksana dan tak ada halangan sampai purnama ke tiga.
yang di cita-citakan adalah segera menyempurnakan separuh dien, hehe, kalau masalah muda dan tua itukan cuma hitungan angka tahun, tak menjamin juga kesiapan kan mbak,? 🙂
Meskipun pada purnama ke tiga nantinya aku harus kehilangan dia.–>
Pasti yang dimaksud adalah kehilangan aku, iya kan?
😛
tenang, aku sudah sering ditinggalkan. life must go on. jika ada yang pergi pasti akan ada yang datang. dulu saat aku ditinggal dina, aku sangat sedih. tapi kemudian Allah memberikan anti sebagai ganti.
#eh apaan sih ini? Kok kayak adegan di buku 'sang pemimpi' saat Ikal jemput Arai setelah ayahnya meninggal tapi ikal merusak mainan Arai tapi justru Arai yang menenangkan. Iya nggak sih?
Mwahahaha jebule ada yang salah aul, itsmeGR, ckakaka
nikah bukan akhir segalanya to?, makanya ndang nyusul#ben tambah galau 😛
hihi.. an juga punya cerita soal hitungan purnama.. s/d purnama setahun malah.. lho?