Kalau sudah lulus kuliah, kerja dan usia sudah matang, hal yang paling di inginkan cuma satu yaitu nikah. Normal, bahkan normal sekali. Bahkan keinginan nikah kadang menjadikan seseorang menjadi galau. Maklumlah, yang di bayangkan tentang pernikahan adalah hal yang menyenangkan. Boleh sih, bahkan harus biar ada semangat ke arah sana. Tapi, hidupkan ada suka dukanya, sedih gembiranya juga. Semuanya berpasangan dan bergantian, itulah hidup yang sesungguhnya (seperti udah mengalaminya saja – katanya sih gitu-). Walaupun sering mendengar kabar pertengkaran, bahkan perceraian dalam rumah tangga, itu tak membuat menyurutkan niat ke arah sana. Bahkan banyak sekali teman saya, yang notabene adalah akhwat (akhwat juga manusia ), mengalami kegalauan tingkat akut. Seperti contohnya panggil saja Sari. Kalau dipandang sekilas, dia sangat mapan. Kerja ditempat bonafit, dan telah mempunyai kendaraan sendiri. Tapi kalau diukur secara materi, bagaimanapun kebahagian bukan pada materi, tapi perasaan nyaman dalam menjalani hidup. Pada posisinya sekarang, Sari sering cucol dengan saya, tentang keinginan dan masalahnya. Dan, setiap permasalahan, ujung-ujungnya satu solusinya “Nikah”. Jadi sampai menelan ludah saya di buatnya tentang argumennya yang selalu menghubungkan apapun dengan pernikahan, Berbeda dengan, Riri..Dari segi sifat dia tidak terlalu show out menunjukan keinginannya. Bagi orang-orang di dekatnya memahami dia ingin sekali menggenapkan separuh dinnya. Maklum semua teman sekolahnya sudah berkeluarga, dan lingkungan ternyata memberi andil besar penyebab galau akut. Begitu pula orang tuanya yang ingin ia segera berumah tangga. Otomatis, dia menjadi galau karena ingin menikah. Dan bagi mbak Rini, berbeda mengekspresikan kegalauannya. Dia lebih banyak diam, dan sekalikali berkomentar kalau keinginan ke arah sana tetap ada, meski dia harus di kejar usia. Sekarang saya jadi paham, wanita dalam penantian sungguh banyak godaannya. Yang tak sanggup pasti akan masuk dalam lubang kemaksiatan.. Pernah punya niatan dan semoga terealisasikan, bisa membuka biro jodoh untuk wanita-wanita sehingga dapat menemukan belahan hatinya, tentunya dengan jalan yang benar. Kalau cita-cita itu sih, harus menikah dulu. Kalau belum mana ada klien yang percaya, wong biro jodohnya saja belum menikah. ;).
Catatan di pagi
yang mendung
memang sih, system yang demikian aman dari fitnah dan perilaku dan metode yang tidak syar'i. tapi kenyataannya harus ada perbaikan, Wa Allahu a'lam yang baiknya seperti apa?
Alhamdulillah, semakin dapat pencerahan ni setelah membaca koment teman2..syukron katsir..